Ayat 81-86: Pentingnya jujur dalam ucapan, membela diri dengan benar, dan bahwa mengadu kepada selain Allah merupakan kehinaan, sebaliknya mengadu kepada Allah merupakan kemuliaan, harapan, kekuatan dan keimanan
ارْجِعُوا إِلَى أَبِيكُمْ فَقُولُوا يَا أَبَانَا إِنَّ ابْنَكَ سَرَقَ وَمَا شَهِدْنَا إِلا بِمَا عَلِمْنَا وَمَا كُنَّا لِلْغَيْبِ حَافِظِينَ (٨١) وَاسْأَلِ الْقَرْيَةَ الَّتِي كُنَّا فِيهَا وَالْعِيرَ الَّتِي أَقْبَلْنَا فِيهَا وَإِنَّا لَصَادِقُونَ (٨٢) قَالَ بَلْ سَوَّلَتْ لَكُمْ أَنْفُسُكُمْ أَمْرًا فَصَبْرٌ جَمِيلٌ عَسَى اللَّهُ أَنْ يَأْتِيَنِي بِهِمْ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ (٨٣) وَتَوَلَّى عَنْهُمْ وَقَالَ يَا أَسَفَى عَلَى يُوسُفَ وَابْيَضَّتْ عَيْنَاهُ مِنَ الْحُزْنِ فَهُوَ كَظِيمٌ (٨٤)قَالُوا تَاللَّهِ تَفْتَأُ تَذْكُرُ يُوسُفَ حَتَّى تَكُونَ حَرَضًا أَوْ تَكُونَ مِنَ الْهَالِكِينَ (٨٥) قَالَ إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ وَأَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لا تَعْلَمُونَ (٨٦
Terjemah Surat Yusuf Ayat 81-86
81. Kembalilah kepada ayahmu dan katakanlah, “Wahai ayah kami! Sesungguhnya anakmu telah mencuri, dan kami hanya menyaksikan apa yang kami ketahui[1], dan kami tidak mengetahui apa yang di balik itu[2].
82. Dan tanyalah (penduduk) negeri tempat kami berada[3], dan kafilah yang datang bersama kami[4]. Dan kami adalah orang yang benar.”
83.[5] Dia (Ya’kub) berkata, “Sebenarnya hanya dirimu sendiri yang memandang baik urusan (yang buruk) itu[6]. Maka kesabaranku adalah kesabaran yang baik[7]. Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka semuanya kepadaku[8]. Sungguh, Dialah Yang Maha Mengetahui[9] lagi Mahabijaksana[10].”
84. Dan dia (Ya’kub) berpaling dari mereka (anak-anaknya)[11] seraya berkata, “Aduhai duka citaku terhadap Yusuf,” dan kedua matanya menjadi putih karena sedih. Dia diam menahan amarah (terhadap anak-anaknya)[12].
85. Mereka berkata, “Demi Allah, engkau tidak henti-hentinya mengingat Yusuf, sehingga engkau mengidap penyakit berat[13] atau engkau termasuk orang-orang yang akan binasa.”
86. Dia (Ya’kub) menjawab, “Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku[14]. Dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui[15].
Ayat 87-89: Nabi Ya’qub ‘alaihis salam mengutus anak-anaknya agar mereka mencari Yusuf dan saudaranya, tidak bolehnya putus asa dari rahmat Allah dan rasa kasihan Nabi Yusuf ‘alaihis salam kepada saudara-saudaranya
يَا بَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لا يَيْئَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ (٨٧)فَلَمَّا دَخَلُوا عَلَيْهِ قَالُوا يَا أَيُّهَا الْعَزِيزُ مَسَّنَا وَأَهْلَنَا الضُّرُّ وَجِئْنَا بِبِضَاعَةٍ مُزْجَاةٍ فَأَوْفِ لَنَا الْكَيْلَ وَتَصَدَّقْ عَلَيْنَا إِنَّ اللَّهَ يَجْزِي الْمُتَصَدِّقِينَ (٨٨) قَالَ هَلْ عَلِمْتُمْ مَا فَعَلْتُمْ بِيُوسُفَ وَأَخِيهِ إِذْ أَنْتُمْ جَاهِلُونَ (٨٩
Terjemah Surat Yusuf Ayat 87-89
87. Wahai anak-anakku! Pergilah kamu, carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah[16]. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang kafir[17].”
88. [18] Maka ketika mereka masuk ke (tempat) Yusuf, mereka berkata[19], “Wahai Al Aziz! Kami dan keluarga kami telah ditimpa kesengsaraan[20] dan Kami datang membawa barang-barang yang tidak berharga, maka penuhilah jatah (gandum) untuk kami[21], dan bersedekahlah kepada kami[22]. Sesungguhnya Allah memberi balasan kepada orang yang bersedekah.”
89. [23] Dia (Yusuf) berkata[24], “Tahukah kamu (kejelekan) apa yang telah kamu perbuat terhadap Yusuf[25] dan saudaranya[26] karena kamu tidak menyadari (akibat) perbuatanmu itu?”
Ayat 90-93: Takwa dan sabar termasuk sebab keberhasilan dalam hidup dan ditinggikannya derajat
قَالُوا أَئِنَّكَ لأنْتَ يُوسُفُ قَالَ أَنَا يُوسُفُ وَهَذَا أَخِي قَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا إِنَّهُ مَنْ يَتَّقِ وَيَصْبِرْ فَإِنَّ اللَّهَ لا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ (٩٠)قَالُوا تَاللَّهِ لَقَدْ آثَرَكَ اللَّهُ عَلَيْنَا وَإِنْ كُنَّا لَخَاطِئِينَ (٩١) قَالَ لا تَثْرِيبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ يَغْفِرُ اللَّهُ لَكُمْ وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ (٩٢)اذْهَبُوا بِقَمِيصِي هَذَا فَأَلْقُوهُ عَلَى وَجْهِ أَبِي يَأْتِ بَصِيرًا وَأْتُونِي بِأَهْلِكُمْ أَجْمَعِينَ (٩٣
Terjemah Surat Yusuf Ayat 90-93
90. Mereka berkata[27], “Apakah engkau benar-benar Yusuf?” Dia (Yusuf) menjawab, “Aku Yusuf dan ini saudaraku. Sungguh, Allah telah melimpahkan karunia-Nya kepada kami[28]. Sesungguhnya barang siapa bertakwa dan bersabar[29], maka sungguh, Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik[30].”
91. Mereka berkata, “Demi Allah, sungguh, Allah telah melebihkan engkau di atas kami[31], dan sesungguhnya kami adalah orang yang bersalah (berdosa).”
92. Dia (Yusuf) berkata[32], “Pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni kamu. Dan Dia Maha Penyayang di antara para penyayang[33].”
93. [34] Pergilah kamu dengan membawa bajuku ini, lalu usapkan ke wajah ayahku, nanti dia akan melihat kembali[35]; dan bawalah seluruh keluargamu kepadaku.”
[1] Yakni karena kami melihat piala itu ada di karungnya.
[2] Yakni ketika perjanjian diadakan. Maksudnya, seandainya kami mengetahui bahwa akan terjadi seperti itu tentu kami tidak akan mengambil perjanjian itu.
[3] Maksudnya, utuslah seseorang untuk bertanya kepada penduduk negeri tempat kami berada.
[4] Ada yang mengatakan, bahwa mereka adalah kaum Kan’an.
[5] Maka saudara-saudaranya pulang kepada bapaknya dan berkata seperti itu.
[6] Nabi Ya’kub menuduh mereka karena peristiwa yang lalu yang dialami Yusuf.
[7] Yakni kesabaran yang tidak disertai keluh kesah, kesal, dan mengadu kepada makhluk. Kemudian Beliau beralih kepada terbukanya jalan keluar karena melihat bahwa perkaranya semakin parah, dan penderitaan jika sudah mencapai tingkatnya akan berhenti.
[8] Yakni Yusuf dan kedua saudaranya (Bunyamin dan saudaranya yang menetap di Mesir).
[9] Keadaanku.
[10] Dalam tindakan-Nya.
[11] Yakni meninggalkan berbicara dengan mereka.
[12] Dan tidak menunjukkan deritanya yang dalam kepada mereka.
[13] Sehingga engkau hampir tidak bisa bergerak dan tidak sanggup bicara.
[14] Karena pengaduan hanyalah bermanfaat jika ditujukan kepada-Nya.
[15] Yaitu bahwa mimpi Yusuf adalah benar, dia masih hidup dan bahwa dia akan berkumpul bersamaku.
[16] Yang demikian adalah karena sikap harap menghendaki seseorang untuk terus berusaha dan bersunguh-sungguh terhadap harapannya. Sedangkan sikap putus asa menghendaki seseorang berat untuk maju dan berlambat-lambatan, dan hal yang paling patut diharap seorang hamba adalah karunia Allah, ihsan-Nya, dan rahmat-Nya.
[17] Oleh karena itu, janganlah menyerupai mereka.
[18] Maka mereka pergi ke Mesir untuk mencari berita tentangnya.
[19] Sambil berendah diri.
[20] Yakni kelaparan.
[21] Dengan tidak memperhatikan barang-barang kami yang tidak berharga.
[22] Yakni menambah melebihi yang wajib.
[23] Yusuf kemudian kasihan kepada mereka, dan mulailah ia membuka tabir; menerangkan keadaan yang sebenarnya.
[24] Mencela mereka.
[25] Yaitu memukuli, menjual dan sebagainya.
[26] Dengan mengurangi haknya atau menzaliminya setelah kepergian Yusuf.
[27] Setelah mereka mengenalinya berdasarkan kepribadiannya yang nampak sambil berusaha memastikan.
[28] Dengan iman dan takwa serta kekuasaan di bumi serta mengumpulkan kami. Yang demikian merupakan buah dari ketakwaan dan kesabaran.
[29] Terhadap hal yang menimpanya.
[30] Karena hal itu termasuk ihsan, sedangkan Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat ihsan.
[31] Dengan kekuasaan, akhlak yang mulia dan lainnya.
[32] Yang menunjukkan sifat hilm(santun)nya.
[33] Hal ini merupakan sifat ihsan yang sangat tinggi, Beliau memaafkan mereka, tidak mencela, dan mendoakan ampunan dan rahmat untuk mereka.
[34] Kemudian Yusuf bertanya kepada mereka tentang keadaan bapaknya, lalu mereka menerangkan bahwa kedua matanya telah buta. Maka Yusuf berkata seperti yang disebutkan dalam ayat di atas.
[35] Pada baju Yusuf terdapat keharuman bekas diri Yusuf, diharapkan dengan dicium oleh bapaknya yang sangat sedih dan rindu bertemu Yusuf, kesegarannya kembali, jiwanya bergembira, sehingga penglihatannya pun pulih kembali. Allah memiliki hikmah dan rahasia dalam hal itu yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia. Ada pula yang berpendapat, bahwa hal itu merupakan mukjizat yang diberikan Allah Ta’ala kepada Nabi Yusuf ‘alaihis salam.