Surah An Naml (Semut)
Surah ke-27. 93 ayat. Makkiyyah
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Ayat 1-6: Isyarat terhadap keagungan Al Qur’an, Al Qur’an adalah pedoman hidup dan berita gembira bagi orang-orang mukmin, dan azab yang akan menimpa orang-orang yang mendustakannya.
طس تِلْكَ آيَاتُ الْقُرْآنِ وَكِتَابٍ مُبِينٍ (١) هُدًى وَبُشْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ (٢) الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ بِالآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ (٣) إِنَّ الَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ بِالآخِرَةِ زَيَّنَّا لَهُمْ أَعْمَالَهُمْ فَهُمْ يَعْمَهُونَ (٤) أُولَئِكَ الَّذِينَ لَهُمْ سُوءُ الْعَذَابِ وَهُمْ فِي الآخِرَةِ هُمُ الأخْسَرُونَ (٥) وَإِنَّكَ لَتُلَقَّى الْقُرْآنَ مِنْ لَدُنْ حَكِيمٍ عَلِيمٍ (٦)
Terjemah Surat An Naml Ayat 1-6
1. [1]Thaa Siin. Inilah ayat-ayat Al Quran, dan kitab yang jelas[2],
2. petunjuk[3] dan berita gembira bagi orang-orang yang beriman[4],
3. [5](yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat[6] dan menunaikan zakat[7], dan mereka meyakini adanya akhirat[8].
4. Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat[9], Kami jadikan terasa indah bagi mereka perbuatan-perbuatan mereka (yang buruk), sehingga mereka bergelimang dalam kesesatan[10].
5. Mereka itulah orang-orang yang akan mendapat siksaan buruk (di dunia)[11] dan mereka di akhirat adalah orang-orang yang paling rugi[12].
6. Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar telah diberi Al Qur'an dari sisi (Allah) Yang Mahabijaksana[13] lagi Maha Mengetahui[14].
Ayat 7-14: Nabi Musa ‘alaihis salam menerima wahyu dari Allah dan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam juga menerima wahyu dari Allah Subhaanahu wa Ta'aala, dan perbandingan antara orang-orang yang mendustakan risalah Nabi Musa ‘alaihis salam dengan orang-orang yang mendustakan risalah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
إِذْ قَالَ مُوسَى لأهْلِهِ إِنِّي آنَسْتُ نَارًا سَآتِيكُمْ مِنْهَا بِخَبَرٍ أَوْ آتِيكُمْ بِشِهَابٍ قَبَسٍ لَعَلَّكُمْ تَصْطَلُونَ (٧) فَلَمَّا جَاءَهَا نُودِيَ أَنْ بُورِكَ مَنْ فِي النَّارِ وَمَنْ حَوْلَهَا وَسُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (٨) يَا مُوسَى إِنَّهُ أَنَا اللَّهُ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (٩) وَأَلْقِ عَصَاكَ فَلَمَّا رَآهَا تَهْتَزُّ كَأَنَّهَا جَانٌّ وَلَّى مُدْبِرًا وَلَمْ يُعَقِّبْ يَا مُوسَى لا تَخَفْ إِنِّي لا يَخَافُ لَدَيَّ الْمُرْسَلُونَ (١٠) إِلا مَنْ ظَلَمَ ثُمَّ بَدَّلَ حُسْنًا بَعْدَ سُوءٍ فَإِنِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ (١١) وَأَدْخِلْ يَدَكَ فِي جَيْبِكَ تَخْرُجْ بَيْضَاءَ مِنْ غَيْرِ سُوءٍ فِي تِسْعِ آيَاتٍ إِلَى فِرْعَوْنَ وَقَوْمِهِ إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمًا فَاسِقِينَ (١٢)فَلَمَّا جَاءَتْهُمْ آيَاتُنَا مُبْصِرَةً قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ (١٣) وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنْفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ (١٤
Terjemah Surat An Naml Ayat 7-14
7. (Ingatlah) ketika Musa berkata kepada keluarganya[15], "Sungguh, aku melihat api[16]. Aku akan membawa kabar tentang itu[17] kepadamu, atau aku akan membawa suluh api (obor) kepadamu agar kamu dapat berdiang (menghangatkan badan dekat api).”
8. Maka ketika dia tiba di sana (tempat api itu), dia diseru, "Telah diberkahi orang-orang yang berada di dekat api, dan orang-orang yang berada di sekitarnya[18]. Mahasuci Allah[19], Tuhan seluruh alam.”
9. (Allah berfirman)[20], "Wahai Musa! Sesungguhnya Aku adalah Allah, Yang Mahaperkasa[21] lagi Mahabijaksana[22],
10. dan lemparkanlah tongkatmu!" Maka ketika (tongkat itu menjadi ular dan) Musa melihatnya bergerak-gerak seperti seekor ular yang gesit, larilah dia berbalik ke belakang tanpa menoleh[23]. "Wahai Musa! Jangan takut! Sesungguhnya di hadapan-Ku para rasul tidak perlu takut[24],
11. kecuali orang yang berlaku zalim yang kemudian mengubah (dirinya) dengan kebaikan setelah kejahatan (bertobat)[25]; maka sungguh, Aku Maha Pangampun lagi Maha Penyayang.
12. Dan masukkanlah tanganmu ke leher bajumu, niscaya ia akan keluar menjadi putih (bersinar) tanpa cacat[26]. (Kedua mukjizat ini) termasuk sembilan macam mukjizat (yang akan dikemukakan) kepada Fir'aun dan kaumnya[27]. Mereka benar-benar orang-orang yang fasik[28].”
13. Maka ketika mukjizat-mukjizat Kami yang terang itu sampai kepada mereka, mereka berkata, "Ini sihir yang nyata[29].”
14. Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman[30] dan kesombongannya[31], padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya[32]. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan[33].
[1] Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengingatkan hamba-hamba-Nya akan keagungan Al Qur’an serta memberikan isyarat yang menunjukkan keagungan-Nya.
[2] Menjelaskan mana yang hak (benar) dan mana yang batil. Ayat-ayat-Nya adalah ayat yang paling agung, bukti yang paling kuat, dilalah(maksud)nya paling jelas, dan paling menerangkan tuntutan yang diinginkan. Ayat-ayat-Nya menunjukkan berita yang benar, perintah yang baik, dan larangan terhadap perbuatan yang membahayakan serta akhlak tercela, ayat-ayat-Nya dalam hal jelas dan terangnya bagi mata hati ibarat matahari bagi mata kepala, ayat-ayat-Nya menunjukkan kepada keimanan dan mengajak untuk meyakini, serta memberitakan berita-berita yang lalu dan yang akan datang yang akan terjadi sesuai kenyataan. Ayat-ayat yang mengajak untuk mengenal Allah Rabbul ‘alamin dengan nama-nama-Nya yang indah dan sifat-sifat-Nya yang tinggi serta perbuatan-perbuatan-Nya yang sempurna, ayat-ayat yang menerangkan kepada kita para rasul dan wali-Nya serta menyifati mereka seakan-akan kita melihat mereka secara langsung. Namun demikian, banyak manusia di dunia ini yang tidak dapat mengambil manfaat daripadanya, semua yang menentang tidak mendapatkan petunjuk darinya sebagai penjagaan terhadap ayat-ayat ini dari orang yang tidak memiliki kebaikan dan kesalehan serta kebersihan hati. Hanya orang-orang yang diistimewakan Allah dengan iman, dan hati yang bersinar lagi bersih saja yang mendapatkan petunjuk darinya.
[3] Agar tidak tersesat dan menerangkan kepada mereka apa yang perlu ditempuh dan apa yang perlu ditinggalkan, serta memberikan kabar gembira kepada mereka pahala Allah yang akan diberikan karena mengikuti petunjuk itu.
[4] Yakni menyampaikan kabar gembira berupa surga untuk orang-orang yang beriman kepadanya.
[5] Mungkin seseorang ada yang berkata, “Boleh jadi banyak orang yang mengaku beriman, lalu apakah dapat diterima pengakuannya sebagai mukmin? Ataukah harus ada pembuktian terhadapnya? Inilah yang benar, yakni harus ada bukti terhadap keimanannya. Oleh karena itu, di sini Allah Subhaanahu wa Ta'aala menerangkan sifat orang-orang mukmin.
[6] Sesuai dengan cara yang diperintahkan, baik shalat fardhu maupun sunat. Mereka mengerjakan perbuatan-perbuatannya yang tampak seperti rukun maupun syaratnya serta yang wajibnya, bahkan yang sunatnya, serta mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tersembunyi, yaitu khusyu’ yang merupakan ruh shalat itu dengan menghadirkan perasaan dekatnya Allah serta mentadabburi apa yang dbaca dan dilakukan.
[7] Kepada mustahiknya.
[8] Iman yang ada pada mereka telah mencapai derajat yakin, yang merupakan ilmu yang maksimal yang menancap ke dalam hati dan menghendaki beramal. Keyakinan mereka kepada akhirat menghendaki untuk menyempurnakan usaha mereka serta mengingatkan mereka terhadap sebab-sebab azab dan hukuman, dan ini merupakan modal semua kebaikan.
[9] Yakni mendustakannya dan mendustakan orang yang menetapkan adanya.
[10] Mereka mengutamakan kemurkaan Allah daripada keridhaan manusia, hakikat yang sebenarnya sudah hilang dari mereka, sehingga yang batil mereka lihat sebagai kebenaran dan kebenaran mereka lihat sebagai kebatilan.
[11] Seperti terbunuh, tertawan, dll.
[12] Karena kembalinya ke neraka dan kekal di dalamnya.
[13] Yang menempatkan sesuatu pada tempatnya dan memposisikan sesuatu pada posisinya.
[14] Segala rahasia dan hal yang tersembunyi sebagaimana Dia mengetahui yang tampak. Dari sini diketahui, bahwa penurunan Al Qur’an itu merupakan hikmah dan maslahat bagi hamba.
[15] Yakni istrinya ketika Beliau berjalan bersamanya dari Madyan ke Mesir setelah tinggal di Madyan beberapa tahun. Saat di tengah perjalanan Beliau tersesat, dan ketika itu Beliau bersama keluarganya berada di malam hari yang gelap lagi dingin.
[16] Yakni dari kejauhan.
[17] Yaitu tentang jalan yang akan ditempuh, di mana saat itu mereka sedang tersesat.
[18] Allah memberitahukan, bahwa tempat tersebut adalah tempat suci lagi diberkahi. Karena berkahnya, Allah Subhaanahu wa Ta'aala menjadikannya sebagai tempat Allah berbicara dengan Nabi Musa ‘alaihis salam, memanggilnya dan mengutusnya.
[19] Yakni dari perkiraan adanya kekurangan atau keburukan, bahkan Dia sempurna sifat dan perbuatan-Nya.
[20] Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan, bahwa Dia adalah Allah Tuhan yang berhak diibadahi satu-satunya dan tidak ada sekutu bagi-Nya.
[21] Yang mengalahkan segala sesuatu dan menundukkannya. Termasuk keperkasaan-Nya adalah engkau cukup bersandar kepada-Nya dan tidak perlu takut meskipun hanya sendiri, banyaknya musuh dan ganasnya mereka, karena ubun-ubun mereka di Tangan Allah, Dia berkuasa kepada mereka, dan diam serta gerak mereka dengan kehendak-Nya.
[22] Baik dalam perintah maupun ciptaan-Nya. Termasuk kebijaksanaan-Nya adalah Dia mengutus hamba-Nya Musa bin Imran yang telah diketahui Allah, bahwa dia cocok memikul risalah, wahyu dan diajak bicara oleh-Nya.
[23] Karena takut, sesuai tabiat manusia.
[24] Hal itu karena semua yang ditakuti di bawah qadha’ dan qadar-Nya serta pengaturan-Nya, oleh karena itu orang-orang yang diberi keistimewaan oleh Allah dengan risalah serta dipilih untuk menerima wahyu-Nya tidak patut takut kepada selain Allah, khususnya ketika bertambah dekat dengan-Nya serta diajak bicara oleh-Nya.
[25] Inilah letak yang perlu ditakuti karena telah melakukan kezaliman dan karena dosa yang pernah dilakukannya. Adapun para rasul, maka mereka tidak perlu takut dan khawatir. Di samping itu, sapa saja yang menzalimi dirinya dengan berbuat maksiat, lalu Dia bertobat dan kembali kepada-Nya, ia pun merubah keburukannya dengan kebaikan dan maksiatnya dengan taat, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Oleh karena itu, jangan ada seorang pun yang berputus asa dari rahmat dan ampunan-Nya, karena Dia mengampuni semua dosa, dan Dia lebih sayang daripada seorang ibu terhadap anaknya.
[26] Bukan karena sopak atau kekurangan, bahkan putih bersinar yang menyilaukan orang-orang yang melihatnya.
[27] Untuk membuktikan kebenaran Nabi Musa ‘alaihis salam dan seruannya.
[28] Mereka menjadi fasik karena syirk mereka, melampaui batas dan bersikap sombong terhadap hamba-hamba Allah. Maka Nabi Musa ‘alaihis salam pergi menghadap Fir’aun dan para pemukanya, mengajak mereka kepada Allah dan memperlihatkan ayat-ayat-Nya.
[29] Sungguh aneh sikap mereka, ayat-ayat yang begitu jelas itu dianggap sebagai permainan sihir. Hal ini tidak lain karena kesombongan yang besar dalam diri mereka dan memutarbalikkan fakta.
[30] Baik kepada hak Tuhan mereka maupun kepada diri mereka.
[31] Terhadap kebenaran, terhadap para hamba, dan dari tunduk kepada para rasul.
[32] Bahwa mukjizat itu berasal dari sisi Allah. Mereka mengingkari bukan karena masih ragu-ragu, tetapi atas dasar yakin terhadap kebenarannya.
[33] Allah membinasakan mereka, menenggelamkan mereka ke dalam laut dan menghinakan mereka serta mewariskan tempat tinggal mereka kepada hamba-hamba-Nya yang lemah.