Ayat 33-40: Tanda-tanda kekuasaan Allah Subhaanahu wa Ta'aala dan keesaan-Nya.
وَآيَةٌ لَهُمُ الأرْضُ الْمَيْتَةُ أَحْيَيْنَاهَا وَأَخْرَجْنَا مِنْهَا حَبًّا فَمِنْهُ يَأْكُلُونَ (٣٣) وَجَعَلْنَا فِيهَا جَنَّاتٍ مِنْ نَخِيلٍ وَأَعْنَابٍ وَفَجَّرْنَا فِيهَا مِنَ الْعُيُونِ (٣٤) لِيَأْكُلُوا مِنْ ثَمَرِهِ وَمَا عَمِلَتْهُ أَيْدِيهِمْ أَفَلا يَشْكُرُونَ (٣٥) سُبْحَانَ الَّذِي خَلَقَ الأزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنْبِتُ الأرْضُ وَمِنْ أَنْفُسِهِمْ وَمِمَّا لا يَعْلَمُونَ (٣٦) وَآيَةٌ لَهُمُ اللَّيْلُ نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَإِذَا هُمْ مُظْلِمُونَ (٣٧) وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ (٣٨) وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّى عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ (٣٩) لا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ (٤٠
Terjemah Surat Yasin Ayat 33-47
33. Dan suatu tanda[1] (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bumi yang mati (tandus). Kami hidupkan bumi itu[2] dan Kami keluarkan darinya biji-bijian[3], maka dari (biji-bijian) itu mereka makan.
34. Dan Kami jadikan padanya di bumi itu kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air,
35. Agar mereka dapat makan dari buahnya, dan dari hasil usaha tangan mereka[4]. Maka mengapa mereka tidak bersyukur[5]?
36. Mahasuci Allah[6] yang telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi[7] dan dari diri mereka sendiri[8] maupun dari apa yang tidak mereka ketahui[9].
37. Dan suatu tanda (kekuasaan Allah) bagi mereka[10] adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu[11], maka seketika itu mereka (berada) dalam kegelapan,
38. dan matahari berjalan di tempat peredarannya[12]. Demikianlah ketetapan Allah Yang Mahaperkasa[13] lagi Maha Mengetahui[14].
39. Dan telah Kami tetapkan tempat peredaran bagi bulan, sehingga (setelah ia sampai ke tempat peredaran yang terakhir) kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua[15].
40. Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan[16] dan malam pun tidak dapat mendahului siang[17]. Masing-masing[18] beredar pada garis edarnya[19].
Ayat 41-47: Di antara bukti kekuasaan Allah Subhaanahu wa Ta'aala dan keberhakan-Nya untuk diibadahi yang dapat manusia saksikan pada kapal-kapal yang mereka naiki, dan bagaimana orang-orang kafir tetap di atas kekafirannya padahal banyak bukti-bukti yang menunjukkan keberhakan-Nya untuk diibadahi sehingga mereka tertimpa azab.
وَآيَةٌ لَهُمْ أَنَّا حَمَلْنَا ذُرِّيَّتَهُمْ فِي الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ (٤١) وَخَلَقْنَا لَهُمْ مِنْ مِثْلِهِ مَا يَرْكَبُونَ (٤٢) وَإِنْ نَشَأْ نُغْرِقْهُمْ فَلا صَرِيخَ لَهُمْ وَلا هُمْ يُنْقَذُونَ (٤٣) إِلا رَحْمَةً مِنَّا وَمَتَاعًا إِلَى حِينٍ (٤٤) وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّقُوا مَا بَيْنَ أَيْدِيكُمْ وَمَا خَلْفَكُمْ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ (٤٥)وَمَا تَأْتِيهِمْ مِنْ آيَةٍ مِنْ آيَاتِ رَبِّهِمْ إِلا كَانُوا عَنْهَا مُعْرِضِينَ (٤٦)وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ أَنْفِقُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ قَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنُطْعِمُ مَنْ لَوْ يَشَاءُ اللَّهُ أَطْعَمَهُ إِنْ أَنْتُمْ إِلا فِي ضَلالٍ مُبِينٍ (٤٧)
Terjemah Surat Yasin Ayat 41-47
41. Dan suatu tanda[20] (kekuasaan Allah) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam kapal yang penuh muatan[21].
42. Dan Kami ciptakan juga untuk mereka (angkutan lain) seperti apa yang mereka kendarai[22].
43. Dan jika Kami menghendaki, Kami tenggelamkan mereka[23], maka tidak ada penolong bagi mereka dan tidak pula mereka diselamatkan.
44. Melainkan (Kami selamatkan mereka) karena rahmat yang besar dari Kami dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai waktu tertentu[24].
45. Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Takutlah kamu akan siksa yang di hadapanmu (di dunia) dan azab yang akan datang (akhirat) agar kamu mendapat rahmat.” (Niscaya mereka berpaling).
46. Dan setiap kali suatu tanda dari tanda-tanda (kebesaran) Tuhan[25] datang kepada mereka, mereka selalu berpaling darinya.
47. Dan apabila dikatakakan kepada mereka, "Infakkanlah sebagian rezeki yang diberikan Allah kepadamu,” orang-orang yang kafir itu berkata kepada orang-orang yang beriman[26], "Apakah pantas kami memberi makan kepada orang-orang yang jika Allah menghendaki Dia akan memberinya makan, kamu[27] benar-benar dalam kesesatan yang nyata[28].”
[1] Yang menunjukkan benarnya kebangkitan dan akan dihadapkannya manusia di hadapan Allah Ta’ala untuk diberi-Nya balasan terhadap amal mereka.
[2] Dengan menurunkan air hujan kepadanya, lalu hiduplah bumi itu setelah matinya.
[3] Seperti beras dan gandum.
[4] Kata “Maa” di ayat tersebut bisa juga diartikan maa nafiyah yang berarti tidak. Sehingga artinya, “Padahal bukan dari hasil usaha tangan mereka.” Bahkan hal itu merupakan tindakan dari Tuhan Yang Mahabijaksana, tindakan dari sebaik-baik pemberi rezeki. Mereka tidak perlu mematangkan buah-buahan itu, bahkan Allah yang mematangkannya sehingga mereka bisa langsung memakannya.
[5] Kepada Tuhan yang memberikan nikmat-nikmat ini kepada mereka, melimpahkan kemurahan dan ihsan-Nya, di mana dengannya urusan agama dan dunia mereka menjadi baik.
[6] Mahasuci Dia dari adanya sekutu, pembantu, istri, anak, tandingan dan adanya serupa.
[7] Sebagaimana yang kita saksikan, beraneka macam dan berpasang-pasangan pepohonan yang tumbuh dari bumi.
[8] Seperti laki-laki dan perempuan.
[9] Berupa makhluk-makhluk yang menakjubkan dan asing bagi kita.
[10] Yakni tanda yang menunjukkan berlakunya kehendak Allah, sempurnanya kekuasaan-Nya, dan Dia akan menghidupkan orang-orang yang telah mati.
[11] Suasana terang yang mengena kepada sebagian bumi diganti oleh kegelapan. Demikian pula suasana gelap yang mengena sebagian bumi digantikan oleh terang dengan terbitnya matahari, lalu menyinari berbagai penjuru bumi, dan manusia dapat bertebaran untuk mencari penghidupan dan mengerjakan hal yang bermaslahat bagi mereka.
[12] Yang ditentukan Allah, tidak melewatinya dan tidak kurang darinya. Ia tidak dapat mengatur dirinya dan tidak durhaka kepada perintah Allah.
[13] Dengan keperkasaan-Nya Dia mengatur makhluk-makhluk yang besar.
[14] Dengan ilmu-Nya, Dia menjadikan matahari untuk maslahat hamba dan manfaat bagi agama mereka dan dunianya.
[15] Maksudnya, bulan itu pada awalnya kecil berbentuk sabit, kemudian setelah menempati manzilah (posisi)-manzilah, dia menjadi purnama, kemudian pada manzilah terakhir kelihatan seperti tandan kering yang melengkung.
[16] Sehingga berkumpul bersama dalam satu malam.
[17] Sehingga malam tidaklah datang sebelum siang habis.
[18] Baik matahari, bulan dan bintang.
[19] Ini semua merupakan dalil dan bukti yang nyata yang menunjukkan keagungan Allah Maha Pencipta dan keagungan sifat-sifat-Nya, khususnya sifat kuasa, bijaksana, dan meliputnya pengetahuan-Nya.
[20] Yakni dalil dan bukti yang menunjukkan bahwa Allah yang berhak diibadahi adalah karena Dia yang mengaruniakan berbagai nikmat kepada manusia dan yang menghindarkan azab, di antaranya adalah apa yang disebutkan dalam ayat di atas.
[21] Kata “dzurriyyah”dalam ayat tersebut juga bisa diartikan dengan nenek moyang mereka, yakni Allah Subhaanahu wa Ta'aala yang mengangkut nenek moyang mereka ke dalam kapal Nabi Nuh ‘alaihis salam yang penuh muatan, dan nikmat kepada nenek moyang merupakan nikmat bagi keturunannya.
[22] Yakni seperti kapal Nabi Nuh, yaitu yang mereka buat dengan tangan mereka berupa kapal yang besar atau yang kecil serta alat pengangkutan umum lainnya dengan pengajaran dari Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Dia mengajarkan mereka sebab-sebab tidak tenggelam.
[23] Meskipun mereka berada di kapal.
[24] Agar mereka kembali atau mengejar hal yang telah luput dari mereka.
[25] Disandarkannya ayat (tanda) kepada Tuhan mereka menunjukkan sempurnanya ayat itu dan jelasnya, karena tidak ada sesuatu yang lebih jelas dari ayat Allah dan lebih agung penjelasannya, dan bahwa termasuk tarbiyah (pengurusan) dari Allah kepada hamba-hamba-Nya adalah Dia menyampaikan kepada mereka ayat-ayat-Nya, di mana dengan ayat-ayat mereka dapat menjadikannya pedoman terhadap hal yang bermanfaat bagi mereka baik pada agama maupun dunia mereka.
[26] Sambil menentang yang hak dan mengolok-oloknya serta berhujjah dengan kehendak Allah.
[27] Wahai orang-orang mukmin.
[28] Karena memerintahkan demikian.
Hal ini menunjukkan kebodohan mereka atau pura-pura bodoh, karena kehendak Allah Subhaanahu wa Ta'aala bukanlah hujjah bagi pelaku maksiat selama-lamanya. Meskipun yang Allah kehendaki akan terjadi, dan yang tidak Dia kehendaki tidak akan terjadi, tetapi Dia telah memberikan kemampuan dan kekuatan kepada hamba, di mana dengan kemampuan itu mereka dapat mengerjakan perintah dan menjauhi larangan. Oleh karena itu, jika mereka meninggalkan hal yang diperintahkan, maka yang demikian atas dasar pilihan mereka sendiri, bukan karena dipaksa.