Ayat 41-45: Kekuasaan Allah Subhaanahu wa Ta'aala, fenomena keimanan dan petunjuk di alam semesta dimana semua makhluk melakukan tasbih, serta penjelasan tentang ‘kehidupan’ yang berasal dari satu materi, yaitu air.
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُسَبِّحُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَالطَّيْرُ صَافَّاتٍ كُلٌّ قَدْ عَلِمَ صَلاتَهُ وَتَسْبِيحَهُ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِمَا يَفْعَلُونَ (٤١) وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَإِلَى اللَّهِ الْمَصِيرُ (٤٢) أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُزْجِي سَحَابًا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيْنَهُ ثُمَّ يَجْعَلُهُ رُكَامًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلالِهِ وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ جِبَالٍ فِيهَا مِنْ بَرَدٍ فَيُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَصْرِفُهُ عَنْ مَنْ يَشَاءُ يَكَادُ سَنَا بَرْقِهِ يَذْهَبُ بِالأبْصَارِ (٤٣)يُقَلِّبُ اللَّهُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَعِبْرَةً لأولِي الأبْصَارِ (٤٤)وَاللَّهُ خَلَقَ كُلَّ دَابَّةٍ مِنْ مَاءٍ فَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَى بَطْنِهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَى رِجْلَيْنِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَى أَرْبَعٍ يَخْلُقُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (٤٥
Terjemah Surat An Nur Ayat 41-45
41. [1]Tidaklah engkau (Muhammad) tahu bahwa kepada Allah-lah bertasbih apa yang ada di langit dan di bumi[2], dan juga burung yang mengembangkan sayapnya. Masing-masing sungguh telah mengetahui (cara) shalat dan tasbihnya[3]. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan[4].
42. [5]Dan milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi[6], dan hanya kepada Allah-lah kembali (seluruh makhluk)[7].
43. Tidakkah engkau melihat[8] bahwa Allah menjadikan awan bergerak perlahan, kemudian mengumpulkannya, lalu Dia menjadikannya bertumpuk-tumpuk, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya[9], dan Dia (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang Dia kehendaki[10] dan dihindarkan-Nya dari siapa yang Dia kehendaki. Kilauan kilatnya hampir-hampir menghilangkan penglihatan[11].
44. Allah mempergantikan malam dan siang[12]. Sungguh pada yang demikian itu, pasti terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan (yang tajam)[13].
45. Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air[14], maka sebagian ada yang berjalan di atas perutnya[15] dan sebagian berjalan dengan dua kaki[16], sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki[17]. Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu[18].
Ayat 46-54: Mengisahkan kaum munafik dan bagaimana mereka tidak dapat mengambil manfaat dari ayat-ayat Allah, perbedaan sikap orang-orang munafik dan orang-orang mukmin dalam berhakim kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
لَقَدْ أَنْزَلْنَا آيَاتٍ مُبَيِّنَاتٍ وَاللَّهُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (٤٦) وَيَقُولُونَ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالرَّسُولِ وَأَطَعْنَا ثُمَّ يَتَوَلَّى فَرِيقٌ مِنْهُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ وَمَا أُولَئِكَ بِالْمُؤْمِنِينَ (٤٧) وَإِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ إِذَا فَرِيقٌ مِنْهُمْ مُعْرِضُونَ (٤٨) وَإِنْ يَكُنْ لَهُمُ الْحَقُّ يَأْتُوا إِلَيْهِ مُذْعِنِينَ (٤٩) أَفِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ أَمِ ارْتَابُوا أَمْ يَخَافُونَ أَنْ يَحِيفَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَرَسُولُهُ بَلْ أُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (٥٠) إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (٥١) وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَخْشَ اللَّهَ وَيَتَّقْهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ (٥٢) وَأَقْسَمُوا بِاللَّهِ جَهْدَ أَيْمَانِهِمْ لَئِنْ أَمَرْتَهُمْ لَيَخْرُجُنَّ قُلْ لا تُقْسِمُوا طَاعَةٌ مَعْرُوفَةٌ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (٥٣) قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْهِ مَا حُمِّلَ وَعَلَيْكُمْ مَا حُمِّلْتُمْ وَإِنْ تُطِيعُوهُ تَهْتَدُوا وَمَا عَلَى الرَّسُولِ إِلا الْبَلاغُ الْمُبِينُ (٥٤
Terjemah Surat An Nur Ayat 46-54
46. Sungguh, Kami[19] telah menurunkan ayat-ayat yang memberi penjelasan (Al Qur’an)[20]. Dan Allah memberi petunjuk siapa yang Dia kehendaki[21] ke jalan yang lurus[22].
47. [23]Dan mereka (orang-orang munafik) berkata, "Kami telah beriman kepada Allah dan rasul (Muhammad), dan kami menaati (keduanya)." Kemudian sebagian dari mereka berpaling setelah itu. Mereka itu bukanlah orang-orang beriman.
48. Dan apabila mereka diajak kepada Allah[24] dan Rasul-Nya, agar Rasul memutuskan perkara di antara mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka menolak untuk datang[25].
49. Tetapi, jika keputusan itu untuk (kemaslahatan) mereka, mereka datang kepada Rasul dengan patuh[26].
50. Apakah (ketidakhadiran mereka karena) dalam hati mereka ada penyakit[27], atau (karena) mereka ragu-ragu[28] ataukah (karena) takut kalau-kalau Allah dan Rasul-Nya berlaku zalim kepada mereka? Sebenarnya, mereka itulah orang-orang yang zalim[29].
51. [30]Hanya ucapan orang-orang mukmin[31], yang apabila mereka diajak kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul memutuskan (perkara) di antara mereka[32], mereka berkata, "Kami mendengar, dan kami taat[33].” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung[34].
52. [35]Dan barang siapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya[36] serta takut kepada Allah[37] dan bertakwa kepada-Nya[38], mereka itulah orang-orang yang mendapat kemenangan (surga)[39].
53. [40]Dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpah sungguh-sungguh, bahwa jika engkau suruh mereka berperang[41], pastilah mereka akan pergi. Katakanlah (Muhammad), "Janganlah kamu bersumpah[42], (karena yang diminta) adalah ketaatan yang baik[43]. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan[44].
54. Katakanlah, "Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul[45]; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya kewajiban Rasul (Muhammad) itu hanyalah apa yang dibebankan kepadanya[46], dan kewajiban kamu hanyalah apa yang dibebankan kepadamu[47]. Jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk[48]. Kewajiban Rasul hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan jelas[49].”
[1] Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengingatkan kepada hamba-hamba-Nya tentang keagungan-Nya, sempurnanya kekuasaan-Nya dan butuhnya semua makhluk kepada-Nya serta beribadah kepada-Nya.
[2] Baik makhluk hidup maupun benda mati.
[3] Masing-masing makhluk mengetahui cara shalat dan tasbih kepada Allah dengan ilham dari Allah sesuai keadaannya masing-masing. Kata “Qad ‘alima shalaatahu wa tasbiihah” bisa juga kembalinya kepada Allah, sehingga maksudnya Allah mengetahui shalat dan tasbih masing-masing makhluk-Nya. Hal ini seperti dalam ayat lain yang berbunyi, “Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. dan tidak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (Terj. Al Israa’: 44)
[4] Dia mengetahui semua perbuatan mereka dan tidak ada satu pun dari perbuatan mereka yang samar, dan Dia akan memberikan balasan terhadapnya.
[5] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala menerangkan ibadah mereka dan butuhnya mereka kepada-Nya dari sisi ibadah dan mentauhidkan-Nya, Dia menerangkan butuhnya mereka dari sisi kepemilikan, pengaturan dan pengurusan-Nya.
[6] Yakni, Dialah Pencipta keduanya, Pemberi rezekinya dan Pengaturnya baik dengan hukum syar’i-Nya maupun hukum qadari-Nya di kehidupan dunia ini, serta Pengaturnya dengan hukum jaza’i(pembalasan)-Nya di akhirat.
[7] Untuk diberikan balasan.
[8] Besarnya keagungan Allah.
[9] Yakni turun rintikan-rintikan secara berhamburan agar terwujud manfaat tanpa menimbulkan bahaya.
[10] Sesuai hukum qadari-Nya dan kebijaksanaan-Nya yang terpuji.
[11] Dengan demikian, bukankah Allah -yang mengadakan awan mendung dan mengirimkannya kepada hamba-hamba-Nya yang membutuhkan, dan menurunkannya secara bermanfaat dan tidak menimbulkan bahaya- Mahasempurna kekuasaan-Nya, Mahaberlaku kehendak-Nya dan luas rahmat-Nya?
[12] Demikian pula panas ke dingin, dingin ke panas, malam ke siang, dan siang ke malam serta menggilirkan hari-hari kepada hamba-hamba-Nya.
[13] Sehingga ia memperhatikan pula hikmah di balik itu, berbeda dengan orang yang jahil yang memandangnya seperti binatang memandang.
[14] Yakni dari mani, dengan bercampurnya sperma dan ovum. Meskipun materinya sama, yaitu air, namun hasilnya berbeda-beda, di antaranya ada yang berjalan di atas perut, ada yang berjalan di atas kedua kaki, dst. Ini semua menunjukkan berlakunya kehendak Allah ‘Azza wa Jalla.
[15] Seperti ular dan cacing.
[16] Seperti manusia dan burung.
[17] Seperti hewan ternak.
[18] Seperti halnya Dia turunkan hujan dari langit, kemudian air hujan itu bersatu dengan bumi, maka tumbuhlah beraneka macam tumbuh-tumbuhan. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebagian tanam-tanaman itu atas sebagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.” (Terj. Ar Ra’d: 4)
[19] Yakni telah menyayangi hamba-hamba Kami.
[20] Yakni jelas dilalah(maksud)nya yang menunjukkan maksud-maksud syar’i, adab-adab yang terpuji, dan pengetahuan yang baik, sehingga menjadi jelaslah jalan yang harus ditempuh, semakin jelas mana yang hak dan mana yang batil sehingga tidak ada lagi syubhat dan kemusykilan, karena ia turun dari Tuhan yang ilmu-Nya sempurna, rahmat-Nya sempurna dan penjelasan-Nya pun sempurna.
[21] Yaitu mereka yang sudah tecatat sejak dahulu akan memperoleh kebaikan.
[22] Yang menyampaikan seseorang kepada Allah dan kepada tempat istimewa dari-Nya (surga), itulah jalan Islam yang di dalamnya terdapat pengetahuan terhadap yang hak (benar) dan pengamalannya.
[23] Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan keadaan orang-orang zalim yang dalam hatinya ada penyakit atau kelemahan iman atau ada kemunafikan, keraguan dan kelemahan ilmu, bahwa mereka mengatakan bahwa diri mereka memegang teguh keimanan kepada Allah dan ketaatan, namun kenyataannya mereka tidak melakukan apa yang mereka katakan, dan sebagian dari mereka berpaling jauh dari ketaatan sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas, “mu’ridhuun” (berpaling), karena orang yang meninggalkan terkadang memiliki niat untuk kembali, namun orang ini malah berpaling. Kita dapat menemukan keadaan seperti ini, yakni mengaku beriman dan taat namun tidak melakukan banyak ketaatan, khususnya ibadah yang berat bagi jiwa, seperti zakat, nafkah yang wajib maupun yang sunat, jihad fii sabilillah, dsb.
[24] Maksudnya, dipanggil utnuk berhukum kepada Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya.
[25] Mereka menginginkan hukum jahiliyyah, mereka mengutamakan undang-undang yang tidak syar’i karena mereka tahu bahwa mereka akan disalahkan, di mana hukum syara’ tidaklah memutuskan kecuali sesuai kenyataan.
[26] Mereka tunduk kepadanya bukan karena ia adalah hukum syar’i, akan tetapi karena sesuai dengan hawa nafsu mereka. Oleh karenanya mereka dalam hal ini tidaklah terpuji meskipun mereka datang dengan tunduk, karena hamba yang hakiki adalah orang yang mengikuti yang hak baik dalam hal yang ia suka maupun tidak, baik yang membuatnya senang maupun sedih. Adapun orang yang mengikuti syariat karena sesuai hawa nafsu saja, maka ia bukanklah hamba hakiki. Oleh karena itu, dalam ayat selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman mencela mereka karena berpaling dari hukum syar’i.
[27] Yang membuat hatinya tidak sehat.
[28] Meragukan kebenaran hukum Allah dan Rasul-Nya.
[29] Karena hukum Allah dan Rasul-Nya adalah adil dan tepat (hikmah). Dalam ayat ini terdapat dalil bahwa iman tidak sebatas di lisan saja bahkan amal pun menjadi bagiannya. Oleh karenanya, Allah menyebut mereka bukan mukmin karena berpaling dari ketaatan. Ayat ini juga menunjukkan wajibnya tunduk kepada hukum Allah dan Rasul-Nya dalam setiap keadaan, dan bahwa orang yang mengkritiknya berarti ada penyakit dalam hatinya dan ragu-ragu dalam keimanannya. Demikian juga menunjukkan haramnya berburuk sangka terhadap hukum-hukum syariat atau menyangkanya tidak adil atau tidak tepat.
[30] Setelah Allah menyebutkan keadaan orang-orang yang berpaling dari hukum syar’i, Dia menyebutkan keadaan orang-orang mukmin.
[31] Yang hakiki; yang membenarkan iman mereka dengan amal saleh.
[32] Maksudnya, di antara kaum muslimin dengan kaum muslimin atau di antara kaum muslimin dengan non muslim.
[33] Baik sesuai hawa nafsu mereka maupun tidak.
[34] Yang mendapatkan apa yang dicita-citakan dan selamat dari yang dikhawatirkan.
[35] Setelah Allah menyebutkan keutamaan taat dalam hal hukum, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan keutamaan taat kepada Allah dan Rasul-Nya dalam segala hal.
[36] Dia membenarkan berita keduanya dan melaksanakan perintahnya.
[37] Dia takut kepada Allah dengan adanya ma’rifat (mengenal Allah), ia pun meninggalkan apa yang dilarang dan menahan hawa nafsunya.
[38] Ada yang berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan takut kepada Allah ialah takut kepada Allah disebabkan dosa-dosa yang telah dikerjakannya, dan yang dimaksud dengan takwa ialah memelihara diri dari segala macam dosa-dosa yang mungkin terjadi. Kata takwa apabila disebutkan secara mutlak, maka maksudnya melaksanakan perintah dan menjauhi larangan, dan apabila disebutkan bersamaan dengan melaksanakan perintah, maka takwa diartikan dengan takut kepada azab Alah dengan meninggalkan maksiat.
[39] Dan selamat dari neraka. Ayat ini mencakup hak yang di sana terdapat hak Allah dan Rasul-Nya, yaitu taat. Hak yang khusus bagi Allah, yaitu takut dan takwa, dan hak yang khusus bagi Rasul, yaitu membela dan memuliakannya.
[40] Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan keadaan orang-orang yang meninggalkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang berangkat jihad, yaitu golongan kaum munafik, serta orang yang dalam hatinya ada penyakit dan lemah iman.
[41] Di peperangan selanjutnya.
[42] Yakni kami tidak butuh kepada sumpah dan udzurmu, karena Allah telah memberitahukan kepada kami berita kamu.
[43] Ada yang menafsirkan, ketaatan kamu sudah diketahui dan tidak samar bagi kami, yaitu hanya di mulut dan tidak sampai dilakukan. Kami telah mengetahui rasa berat dan malas dari kamu tanpa adanya udzur, sehingga kami tidak butuh kepada uzur dan sumpahmu. Kami butuh kepada sumpah adalah kepada orang yang tidak seperti kamu, yaitu orang yang masih mengandung kemungkinan untuk selalu taat. Adapun kamu, maka tidak. Bahkan yang dinantikan untukmu adalah keputusan Allah dan hukuman-Nya. Oleh karena itu, lanjutan ayatnya mereka diancam dengan firman-Nya, “Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan”, yakni Dia akan memberi balasan kepadamu dengan sempurna.
[44] Seperti perkataanmu untuk taat, tetapi kenyataannya menyelisihi.
[45] Itulah letak kebahagiaan kamu.
[46] Yaitu menyampaikan, dan Beliau telah melakukannya.
[47] Yaitu menaati. Namun ternyata kamu tidak berbuat demikian, maka jelas kamu dalam kesesatan dan berhak mendapat azab.
[48] Ke jalan yang lurus.
[49] Yang tidak menyisakan keraguan dan syubhat (kesamaran). Tugas Beliau adalah menerangkan dengan jelas, adapun menghisab, maka hal itu adalah urusan Allah Subhaanahu wa Ta'aala.