Ayat 42-44: Sunnatullah pada manusia dalam pengutusan para rasul, peringatan kepada manusia dan hukuman bagi orang-orang yang mendustakan.
ثُمَّ أَنْشَأْنَا مِنْ بَعْدِهِمْ قُرُونًا آخَرِينَ (٤٢) مَا تَسْبِقُ مِنْ أُمَّةٍ أَجَلَهَا وَمَا يَسْتَأْخِرُونَ (٤٣) ثُمَّ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا تَتْرَا كُلَّ مَا جَاءَ أُمَّةً رَسُولُهَا كَذَّبُوهُ فَأَتْبَعْنَا بَعْضَهُمْ بَعْضًا وَجَعَلْنَاهُمْ أَحَادِيثَ فَبُعْدًا لِقَوْمٍ لا يُؤْمِنُونَ (٤٤
Terjemah Surat Al Mu’minun Ayat 42-44
42. Kemudian setelah mereka Kami ciptakan umat-umat yang lain[1].
43. Tidak ada satu umat pun yang dapat menyegerakan ajalnya[2], dan tidak (pula) menangguhkannya.
44. Kemudian, Kami utus rasul-rasul Kami berturut-turut[3]. Setiap kali seorang rasul datang kepada suatu umat, mereka mendustakannya[4], maka Kami silihgantikan sebagian mereka dengan sebagian yang lain[5] (dalam kebinasaan). Dan Kami jadikan mereka bahan cerita (bagi manusia)[6]. Maka binasalah bagi kaum yang tidak beriman[7].
Ayat 45-50: Menyebutkan secara garis besar kisah Nabi Musa ‘alaihis salam, pendustaan Fir’aun dan kaumnya kepadanya, selanjutnya menyebutkan secara garis besar penciptaan Nabi Isa ‘alaihis salam dan bahwa pada penciptaan Nabi Isa ‘alaihis salam juga terdapat dalil terhadap kekuasaan Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
ثُمَّ أَرْسَلْنَا مُوسَى وَأَخَاهُ هَارُونَ بِآيَاتِنَا وَسُلْطَانٍ مُبِينٍ (٤٥) إِلَى فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِ فَاسْتَكْبَرُوا وَكَانُوا قَوْمًا عَالِينَ (٤٦) فَقَالُوا أَنُؤْمِنُ لِبَشَرَيْنِ مِثْلِنَا وَقَوْمُهُمَا لَنَا عَابِدُونَ (٤٧) فَكَذَّبُوهُمَا فَكَانُوا مِنَ الْمُهْلَكِينَ (٤٨) وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ لَعَلَّهُمْ يَهْتَدُونَ (٤٩)وَجَعَلْنَا ابْنَ مَرْيَمَ وَأُمَّهُ آيَةً وَآوَيْنَاهُمَا إِلَى رَبْوَةٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَمَعِينٍ (٥٠)
Terjemah Surat Al Mu’minun Ayat 45-50
45. [8]Kemudian Kami utus Musa dan saudaranya Harun[9] dengan membawa tanda-tanda (kebesaran) Kami, dan bukti yang nyata[10],
46. Kepada Fir'aun dan para pemuka kaumnya[11], tetapi mereka angkuh[12] dan mereka memang kaum yang sombong[13].
47. Dan mereka berkata[14], "Apakah (pantas) kita percaya kepada dua orang manusia seperti kita[15], padahal kaum mereka (Bani Israil) adalah orang-orang yang menghambakan diri[16] kepada kita[17]?"
48. Maka mereka mendustakan keduanya, karena itu mereka termasuk orang yang dibinasakan[18].
49. Dan sungguh, telah Kami anugerahkan kepada Musa kitab (Taurat)[19], agar mereka (Bani Israil) mendapat petunjuk[20].
50. Dan telah Kami jadikan (Isa) putra Maryam bersama ibunya sebagai suatu bukti yang nyata (bagi kekuasaan Kami)[21], dan Kami melindungi mereka di sebuah dataran tinggi[22], (tempat yang tenang, rindang dan banyak buah-buahan) dengan mata air yang mengalir.
[1] Maksudnya, kaum Nabi saleh, kaum Nabi Luth, dan kaum Nabi Syu'aib.
[2] Dengan binasa terlebih dahulu sebelum ajalnya tiba. Masing-masing umat telah ditetapkan ajalnya, tidak maju dan tidak mundur.
[3] Agar mereka beriman dan kembali kepada Allah.
[4] Padahal rasul-rasul tersebut datang dengan membawa mukjizat yang semisalnya biasanya diimani manusia, meskipun seruan rasul dan ajaran mereka sesungguhnya sudah cukup menunjukkan kebenaran yang mereka bawa.
[5] Maksudnya, oleh karena masing-masing umat itu mendustakan Rasul-Nya, maka Allah membinasakan mereka dengan berturut-turut.
[6] Mereka menjadi buah bibir dan pelajaran generasi setelahnya sebagai hukuman bagi orang-orang yang mendustakan.
[7] Yakni alangkah celaka dan ruginya mereka.
[8] Sebagian ulama menjelaskan, bahwa setelah diutus-Nya Musa dan diturunkan Taurat, Allah mengangkat azab terhadap umat-umat, yakni azab dalam arti membinasaan sehabis-habisnya, dan Allah mensyariatkan jihad terhadap orang-orang yang mendustakan. Syaikh As Sa’diy berkata, “Namun saya tidak mengetahui dari mana perkataan ini diambil? Tetapi setelah saya mentadabburi beberapa ayat ini dengan beberapa ayat yang disebutkan dalam surah Al Qashas, maka nampaklah bagiku alasannya. Adapun dalam beberapa ayat ini, Allah telah menyebutkan umat-umat yang dibinasakan secara berturut-turut. Setelah itu, Dia memberitahukan bahwa setelah mereka, Dia mengutus Musa, dan menurunkan kitab Taurat kepadanya sebagai petunjuk bagi manusia, dan hal ini tidaklah bertentangan dengan dibinasakannya Fir’aun, karena kebinasaannya sebelum turun Taurat. Adapun dalam beberapa ayat di surah Al Qashas, maka jelas sekali di sana, bahwa setelah disebutkan kebinasaan Fir’aun, Dia berfirman, “Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat) setelah Kami binasakan generasi-generasi yang terdahulu, untuk menjadi pelita bagi manusia, petunjuk dan rahmat, agar mereka ingat.” (Terj. Al Qashash: 43) Ayat ini jelas, bahwa Allah memberikan kitab Taurat kepada Musa setelah binasanya uamt-umat yang melampaui batas, dan Allah memberitahukan bahwa Dia menurunkan kitab itu sebagai pelita bagi manusia, petunjuk dan rahmat…dst.”
[9] Ketika Musa meminta kepada Tuhannya agar Dia mengikutsertakan Harun dalam tugasnya.
[10] Yang dimaksud tanda-tanda kebesaran Allah dan bukti yang nyata dalam ayat ini ialah mukjizat Nabi Musa yang sembilan buah. Mukjizat yang sembilan itu ialah: tongkat, tangan, belalang, kutu, katak, darah, taupan (banjir besar), laut, dan bukit Thur. Ada pula yang menafsirkan “tanda-tanda (kebesaran) Kami” maksudnya yang menunjukkan kebenaran keduanya (Musa dan Harun) dan apa yang mereka berdua bawa. Sedangkan maksud “bukti yang nyata” adalah hujjah yang jelas, di mana karena jelasnya dapat menundukkan hati dan menjadi hujjah bagi orang-orang yang keras kepala.
[11] Seperti Haman dan para memuka lainnya.
[12] Tidak mau beriman kepada ayat-ayat dan bukti yang nyata itu.
[13] Bisa juga diartikan, “dan memang mereka kaum yang berkuasa” yakni terhadap Bani Israil sehingga menindas mereka.
[14] Dengan sombong sambil memperingatkan kaumnya.
[15] Ucapan ini sama dengan ucapan generasi sebelumnya, hati mereka sama, maka ucapan dan perbuatan yang keluar pun sama. Mereka mengingkari nikmat risalah yang diberikan Allah kepada Musa dan Harun ‘alaihimas salam.
[16] Yakni taat dan tunduk serta diperbudak dengan kerja paksa.
[17] Maksudnya, bagaimana kita akan menjadi pengikut setelah sebelumnya kita sebagai pemimpin? Dan bagaimana mungkin mereka menjadi pemimpin? Ucapan mereka ini sama dengan ucapan kaum Nuh, “Apakah kami akan percaya kepada kamu, padahal yang mengikutimu adalah orang-orang yang rendah?” dsb. Jelas sekali, hal ini tidak bisa dipakai alasan untuk menolak yang hak, dan bahwa yang demikian merupakan pendustaan dan penentangan.
[18] Dengan ditenggelamkan, sedangkan Bani Israil menyaksikannya.
[19] Setelah Allah membinasakan Fir’aun dan menyelamatkan Bani Israil bersama Musa, dan ketika itu perintah Allah dapat ditegakkan dan dapat ditampakkan syi’ar-syi'ar-Nya, maka Allah menjanjikan kepada Musa (memberikan Taurat) setelah berlalu waktu empat puluh malam. Musa kemudian pergi untuk bermunajat dengan Allah pada waktu yang telah ditentukan.
[20] Yakni agar mereka mengetahui secara rinci perintah dan larangan, pahala dan siksa, serta kenal dengan Tuhan mereka dengan nama dan sifat-Nya.
[21] Allah memberikan nikmat kepada Isa putra Maryam dan menjadikan keduanya salah satu di antara tanda-tanda kekuasaan Allah, di mana Maryam hamil dan melahirkan Isa tanpa bapak. Isa juga dapat berbicara di masa buaian dan Allah menunjukkan tanda-tanda kekuasaan-Nya melalui kedua tangannya.
[22] Menurut Syaikh As Sa’diy, yaitu ketika Maryam melahirkan. Ada yang berpendapat, bahwa dataran tinggi tersebut adalah Baitulmaqdis, dan ada yang berpendapat Damaskus, dan ada pula yang berpendapat Palestina, wallahu a’lam.