Ayat 56-69: Dialog antara Nabi Musa ‘alaihis salam dengan Fir’aun, dan bagaimana Fir’aun bersikap sombong serta bersandar dengan kekuatannya.
وَلَقَدْ أَرَيْنَاهُ آيَاتِنَا كُلَّهَا فَكَذَّبَ وَأَبَى (٥٦) قَالَ أَجِئْتَنَا لِتُخْرِجَنَا مِنْ أَرْضِنَا بِسِحْرِكَ يَا مُوسَى (٥٧) فَلَنَأْتِيَنَّكَ بِسِحْرٍ مِثْلِهِ فَاجْعَلْ بَيْنَنَا وَبَيْنَكَ مَوْعِدًا لا نُخْلِفُهُ نَحْنُ وَلا أَنْتَ مَكَانًا سُوًى (٥٨) قَالَ مَوْعِدُكُمْ يَوْمُ الزِّينَةِ وَأَنْ يُحْشَرَ النَّاسُ ضُحًى (٥٩) فَتَوَلَّى فِرْعَوْنُ فَجَمَعَ كَيْدَهُ ثُمَّ أَتَى (٦٠) قَالَ لَهُمْ مُوسَى وَيْلَكُمْ لا تَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ كَذِبًا فَيُسْحِتَكُمْ بِعَذَابٍ وَقَدْ خَابَ مَنِ افْتَرَى (٦١) فَتَنَازَعُوا أَمْرَهُمْ بَيْنَهُمْ وَأَسَرُّوا النَّجْوَى (٦٢) قَالُوا إِنْ هَذَانِ لَسَاحِرَانِ يُرِيدَانِ أَنْ يُخْرِجَاكُمْ مِنْ أَرْضِكُمْ بِسِحْرِهِمَا وَيَذْهَبَا بِطَرِيقَتِكُمُ الْمُثْلَى (٦٣) فَأَجْمِعُوا كَيْدَكُمْ ثُمَّ ائْتُوا صَفًّا وَقَدْ أَفْلَحَ الْيَوْمَ مَنِ اسْتَعْلَى (٦٤) قَالُوا يَا مُوسَى إِمَّا أَنْ تُلْقِيَ وَإِمَّا أَنْ نَكُونَ أَوَّلَ مَنْ أَلْقَى (٦٥) قَالَ بَلْ أَلْقُوا فَإِذَا حِبَالُهُمْ وَعِصِيُّهُمْ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ مِنْ سِحْرِهِمْ أَنَّهَا تَسْعَى (٦٦) فَأَوْجَسَ فِي نَفْسِهِ خِيفَةً مُوسَى (٦٧)قُلْنَا لا تَخَفْ إِنَّكَ أَنْتَ الأعْلَى (٦٨) وَأَلْقِ مَا فِي يَمِينِكَ تَلْقَفْ مَا صَنَعُوا إِنَّمَا صَنَعُوا كَيْدُ سَاحِرٍ وَلا يُفْلِحُ السَّاحِرُ حَيْثُ أَتَى (٦٩)
Terjemah Surat Thaha Ayat 56-69
56. Dan sungguh, Kami telah memperlihatkan kepadanya (Fir'aun) tanda-tanda (kekuasaan) Kami semuanya[1], ternyata dia mendustakan[2] dan enggan (menerima kebenaran).
57. Fir'aun berkata, "Apakah engkau datang kepada kami untuk mengusir kami dari negeri kami[3] dengan sihirmu, wahai Musa[4]?
58. Maka kami pun pasti akan mendatangkan sihir semacam itu kepadamu[5], maka buatlah suatu perjanjian untuk pertemuan antara kami dan engkau yang kami tidak akan menyalahinya dan tidak (pula) engkau, di suatu tempat yang terbuka.”
59. Musa berkata, "(Perjanjian) waktu untuk (pertemuan kami dengan kamu itu) ialah pada hari raya[6] dan hendaklah orang-orang[7] dikumpulkan pada pagi hari (duha)[8].”
60. Maka Fir'aun meninggalkan (tempat itu), lalu mengatur tipu dayanya[9], kemudian dia datang kembali pada hari yang ditentukan[10].
61. [11]Musa berkata kepada mereka[12], "Celakalah kamu! Janganlah kamu mengada-adakan kebohongan terhadap Allah[13], nanti Dia membinasakan kamu dengan azab.” Dan sungguh rugi orang yang mengada-adakan kebohongan[14].
62. [15]Maka mereka berbantah-bantahan tentang urusan mereka[16] dan mereka merahasiakan percakapan (mereka).
63. Mereka (para pesihir) berkata[17], "Sesungguhnya dua orang ini adalah pesihir yang hendak mengusirmu (Fir’aun) dari negerimu dengan sihir mereka berdua, dan hendak melenyapkan adat kebiasaanmu yang utama[18].
64. Maka kumpulkanlah segala tipu daya (sihir) kamu, kemudian datanglah dengan berbaris[19], dan sungguh beruntung orang yang menang pada hari ini[20].”
65. (Setelah mereka berkumpul) mereka berkata, "Wahai Musa! Apakah engkau yang melemparkan (dahulu) atau kami yang lebih dahulu melemparkan?"
66. Dia (Musa) berkata, "Silahkan kamu melemparkan!” Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka terbayang olehnya (Musa) seakan-akan ia merayap cepat, karena sihir mereka.
67. Maka Musa merasa takut dalam hatinya.
68. Kami berkata[21], "Jangan takut! Sungguh, engkaulah yang unggul (menang).
69. Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu[22], niscaya ia akan menelan apa yang mereka buat. Apa yang mereka buat itu hanyalah tipu daya pesihir (belaka)[23]. Dan tidak akan menang pesihir itu, dari mana pun ia datang[24].”
Ayat 70-76: Para pesihir Fir’aun menjadi orang-orang yang beriman setelah melihat kebenaran, dan teguhnya mereka di atas keimanan meskipun disakiti.
فَأُلْقِيَ السَّحَرَةُ سُجَّدًا قَالُوا آمَنَّا بِرَبِّ هَارُونَ وَمُوسَى (٧٠) قَالَ آمَنْتُمْ لَهُ قَبْلَ أَنْ آذَنَ لَكُمْ إِنَّهُ لَكَبِيرُكُمُ الَّذِي عَلَّمَكُمُ السِّحْرَ فَلأقَطِّعَنَّ أَيْدِيَكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ مِنْ خِلافٍ وَلأصَلِّبَنَّكُمْ فِي جُذُوعِ النَّخْلِ وَلَتَعْلَمُنَّ أَيُّنَا أَشَدُّ عَذَابًا وَأَبْقَى (٧١) قَالُوا لَنْ نُؤْثِرَكَ عَلَى مَا جَاءَنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالَّذِي فَطَرَنَا فَاقْضِ مَا أَنْتَ قَاضٍ إِنَّمَا تَقْضِي هَذِهِ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (٧٢) إِنَّا آمَنَّا بِرَبِّنَا لِيَغْفِرَ لَنَا خَطَايَانَا وَمَا أَكْرَهْتَنَا عَلَيْهِ مِنَ السِّحْرِ وَاللَّهُ خَيْرٌ وَأَبْقَى (٧٣) إِنَّهُ مَنْ يَأْتِ رَبَّهُ مُجْرِمًا فَإِنَّ لَهُ جَهَنَّمَ لا يَمُوتُ فِيهَا وَلا يَحْيَا (٧٤) وَمَنْ يَأْتِهِ مُؤْمِنًا قَدْ عَمِلَ الصَّالِحَاتِ فَأُولَئِكَ لَهُمُ الدَّرَجَاتُ الْعُلَى (٧٥)جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ جَزَاءُ مَنْ تَزَكَّى (٧٦
Terjemah Surat Thaha Ayat 70-76
70. Lalu para pesihir itu merunduk bersujud (kepada Allah), seraya berkata, "Kami telah percaya kepada Tuhan Harun dan Musa.”
71. [25]Dia (Fir'aun) berkata, "Apakah kamu telah beriman kepadanya (Musa) sebelum aku memberi izin kepadamu. Sesungguhnya dia itu pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu. Maka sungguh, akan kupotong tangan dan kakimu secara bersilang[26], dan sungguh, aku akan salib kamu pada pangkal pohon kurma dan sungguh, kamu pasti akan mengetahui siapa di antara kita[27] yang lebih pedih dan lebih kekal siksaannya.”
72. Mereka (para pesihir) berkata, "Kami tidak akan memilih tunduk kepadamu[28] atas bukti-bukti nyata (mukjizat), yang telah datang kepada kami dan atas Allah yang telah menciptakan kami. Maka putuskanlah yang hendak engkau putuskan[29]. Sesungguhnya engkau hanya dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini[30].
73. Kami benar-benar telah beriman kepada Tuhan kami, agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang telah engkau paksakan kepada kami[31]. Dan Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal (azab-Nya).”
74. Sesungguhnya barang siapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan berdosa[32], maka sungguh, baginya adalah neraka Jahanam[33]. Dia tidak mati[34] di dalamnya dan tidak (pula) hidup[35].
75. Tetapi barang siapa datang kepada-Nya dalam keadaan beriman, dan telah beramal saleh[36], maka mereka itulah orang yang memperoleh derajat yang tinggi (mulia)[37],
76. (yaitu) surga-surga 'adn, yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah balasan bagi orang yang menyucikan diri (dari kekafiran dan kemaksiatan)[38].
[1] Tanda-tanda tersebut menunjukkan kenabian Musa ‘alaihis salam. Allah memperlihatkan sembilan tanda kepada Fir’aun sebagaimana di surah Al Isra': 101. Pada pertemuan pertama antara Nabi Musa ‘alaihis salam dengan Fir'aun, yang diperlihatkan hanya dua, yaitu tongkat Nabi Musa ‘alaihis salam menjadi ular dan tangannya menjadi putih cemerlang. Di ayat ini, Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan, bahwa Dia telah menunjukkan kepada Fir’aun ayat-ayat-Nya, sesuatu yang dapat diambil ibrah (pelajaran) dan berbagai bukti, akan tetapi Fir’aun mendustakan dan berpaling, menjadikan yang hak sebagai yang batil, dan yang batil sebagai yang hak serta membantah kebenaran dengan kebatilan untuk menyesatkan manusia.
[2] Yakni mendustakan ayat-ayat itu dan menganggapnya sebagai sihir.
[3] Yaitu Mesir, sehingga kerajaan beralih untukmu.
[4] Ucapan Fir’aun ini adalah untuk mengelabui rakyatnya, agar ia mendapat dukungan kuat dari mereka sehingga Musa dimusuhi dan dibenci oleh semua rakyatnya.
[5] Untuk menandinginya.
[6] Di mana ketika itu mereka berhias dan berkumpul serta berlibur dari kesibukan mereka.
[7] Yakni penduduk Mesir.
[8] Untuk menyaksikan apa yang akan terjadi.
[9] Yang ia sanggupi, dan ia mengirimkan orang yang akan mengumpulkan para penyihir yang ahli di berbagai kota. Ketika itu, sihir sedang marak dan ilmu sihir disukai oleh manusia, maka terkumpullah para penyihir dalam jumlah banyak dan mereka pun hadir pada hari yang ditentukan. Pada hari itu, lapangan penuh dihadiri oleh kaum laki-laki dan wanita, para pembesar dan orang-orang terhormat, orang-orang awam, orang dewasa dan anak-anak.
[10] Setelah Fir'aun mengatur tipu dayanya, maka Fir'aun bersama pengikut-pengikutnya datang ke tempat yang ditentukan itu.
[11] Ketika mereka semua berkumpul dari berbagai negeri untuk menyaksikan pertunjukan itu, maka Nabi Musa 'alaihis salam menasehati seperti yang disebutkan dalam ayat di atas dan menegakkan hujjah atas mereka.
[12] Yakni kepada para tukang sihir.
[13] Bisa maksudnya mengadakan sekutu bagi Allah, atau maksudnya membayangkan kepada manusia bahwa kalian dapat merubah sesuatu padahal sesungguhnya tidak, sehingga kamu sama saja berdusta terhadap Allah, atau maksudnya adalah, jangan menolong kebatilan dengan sihirmu untuk mengalahkan yang benar dan kamu sama saja berdusta terhadap Allah, sehingga Dia akan membinasakan kamu dengan azab dari sisi-Nya.
[14] Yakni harapanmu agar dapat menang dan memperoleh kedudukan di hadapan Fir’aun tidak akan kamu peroleh dan kamu pun tidak mendapatkan keselamatan dari azab Allah, sehingga kamu merugi di dunia dan akhirat.
[15] Perkataan yang hak biasanya ada bekas di hati. Oleh karena itulah, ketika Musa ‘alaihis salam mengucapkan kata-kata di atas, para pesihir menjadi bingung dan ketika itulah mereka berbisik-bisik, lalu mereka sepakat terhadap suatu tindakan, yaitu seperti yang disebutkan pada ayat selanjutnya.
[16] Tentang Musa dan Harun ‘alaihimas salam, apakah mereka di atas kebenaran atau tidak? Sebagian mereka berkata, “Ini bukanlah perkataan pesihir, tetapi perkataan seorang nabi.” Yang lain mengatakan, “Bahkan dia penyihir.” Ada pula yang berpendapat lain tentang apa yang diucapkan sebagian pesihir, wallahu a’lam.
[17] Mereka saling mendorong antara sesama mereka dengan kata-kata yang isinya sama seperti yang diucapkan oleh Fir’aun sebelum ini.
[18] Maksudnya, kedatangan Musa ‘alaihis salam dan Harun ‘alaihis salam ke Mesir itu adalah untuk menggantikan kamu sebagai penguasa di Mesir. Sebagian ahli tafsir mengartikan thariqah di sini dengan keyakinan (agama).
[19] Agar kamu lebih kuat berbuat dan lebih ditakuti.
[20] Maksud hari ini ialah hari berlangsungnya pertandingan.
[21] Untuk menguatkan dan menenangkan.
[22] Yakni tongkatnya.
[23] Yang hendak mengelabui manusia semata dan membayangkan seakan-akan benar.
[24] Dengan membawa sihirnya. Lalu Musa melempar tongkatnya, maka tongkatnya pun berubah menjadi ular dan menelan semua buatan para pesihir. Ketika itu, para pesihir mengetahui dengan yakin, bahwa apa yang dibawa Musa bukanlah sihir, bahkan berasal dari Allah, maka mereka pun segera beriman.
[25] Setelah bukti yang jelas itu, ternyata Fir’aun malah bertambah kekafirannya, maka ia mempengaruhi akal kaumnya dan memberitahukan kepada mereka, bahwa menangnya Musa melawan para pesihir bukanlah karena kebenarannya, bahkan karena sebelumnya Musa ‘alaihis salam dengan para pesihir telah mengadakan kesepakatan untuk mengeluarkan Fir’aun dan kaumnya dari negerinya. Ketika kaumnya mendengar kata-kata Fir’aun itu, mereka pun menerimanya dan menyangka bahwa perkataan Fir’aun itu benar, dan memang kaumnya adalah orang-orang fasik.
[26] Maksudnya, tangan kanan dan kaki kiri atau sebaliknya.
[27] Yakni dengan persangkaannya antara dia (Fir’aun) dengan Allah ‘Azza wa Jalla; siapa yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya. Fir’aun merubah hakikat yang sebenarnya dan menakut-nakuti orang-orang yang tidak berakal. Oleh karena itu, ketika para pesihir mengetahui yang hak, dan Allah mengaruniakan kepada mereka akal yang dengannya mereka dapat mengetahui hakikat yang sebenarnya, maka mereka menjawab ancaman Fir’aun dengan berkata, “Kami tidak akan memilih tunduk kepadamu atas bukti-bukti nyata (mukjizat), yang telah datang kepada kami dan atas Allah yang telah menciptakan kami. Maka putuskanlah yang hendak engkau putuskan. Sesungguhnya engkau hanya dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini.”
[28] Dengan mendapat upah dan didekatkan denganmu.
[29] Wallahu a’lam, apakah Fir’aun memberlakukan hukuman itu kepada para pesihir atau tidak? Akan tetapi ancamannya kepada mereka dan ia (Fira’un) mampu melakukannya menunjukkan bahwa hal itu terjadi, karena jika tidak terjadi, tentu Allah akan menyebutkannya dan lagi para penukil sejarah pun sepakat seperti itu.
[30] Yang sementara, berbeda dengan azab di akhirat yang kekal abadi. Ucapan para pesihir ini seakan-akan bantahan terhadap ucapan Fir’aun, “Kamu pasti akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksaannya.” Dalam ucapan para pesihir tersebut terdapat dalil, bahwa sepatutnya bagi orang yang berakal menimbang antara kenikmatan dunia dengan kenikmatan akhirat, dan antara azab dunia dengan azab akhirat.
[31] Untuk melawan Musa.
[32] Yakni dalam keadaan kafir dan tetap di atasnya sampai mati.
[33] Yang keras siksanya, yang besar belenggunya, yang dalam dasarnya, dan yang panas apinya.
[34] Sehingga dapat beristirahat, yakni dia selalu merasakan azab. Hidupnya dipenuhi azab, baik yang menimpa hati, ruh maupun badan. Saat ia meminta pertolongan, ia tidak diberi, dan saat berdoa, ia tidak dikabulkan, bahkan Allah akan berfirman kepadanya, “Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah kamu berbicara dengan-Ku.” Lebih dari itu, ketika mereka kehausan, maka mereka akan diberi air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan wajah.
[35] Yakni tidak bisa hidup untuk bersenang-senang.
[36] Yang wajib maupun yang sunat.
[37] Mereka berada di tempat-tempat yang tinggi, ruangan-ruangan yang indah, kenikmatan yang kekal, dan dalam kebahagiaan.
[38] Baik yang tidak melakukannya maupun yang pernah melakukannya lalu bertobat. Tidak hanya itu, ia pun membina dirinya dengan iman dan amal saleh. Yang demikian, karena tazkiyah (penyucian) memiliki dua makna: pertama, pembersihan dan penghilangan kotoran. Kedua, bertambahnya kebaikan.