Ayat 12-15: Kenabian Yahya ‘alaihis salam, keutamaannya dan sifat-sifatnya.
يَا يَحْيَى خُذِ الْكِتَابَ بِقُوَّةٍ وَآتَيْنَاهُ الْحُكْمَ صَبِيًّا (١٢) وَحَنَانًا مِنْ لَدُنَّا وَزَكَاةً وَكَانَ تَقِيًّا (١٣) وَبَرًّا بِوَالِدَيْهِ وَلَمْ يَكُنْ جَبَّارًا عَصِيًّا (١٤) وَسَلامٌ عَلَيْهِ يَوْمَ وُلِدَ وَيَوْمَ يَمُوتُ وَيَوْمَ يُبْعَثُ حَيًّا (١٥)
Terjemah Surat Maryam 12-15
12. [1]“Wahai Yahya! Ambillah (pelajarilah)[2] kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh.” Dan Kami berikan hikmah[3] kepadanya selagi dia masih kanak-kanak[4],
13. Dan (Kami jadikan) rasa kasih sayang (kepada sesama) dari Kami dan bersih (dari dosa)[5]. Dan dia pun seorang yang bertakwa,
14. Dan sangat berbakti kepada kedua orang tuanya[6], dan dia bukan orang yang sombong[7] (bukan pula) orang yang durhaka.
15. Dan kesejahteraan[8] bagi dirinya pada hari lahirnya, pada hari wafatnya, dan pada hari dia dibangkitkan hidup kembali[9].
Ayat 16-21: Kekuasaan Allah Subhaanahu wa Ta'aala dalam menciptakan Adam tanpa bapak dan ibu, penciptaan Hawa’ dari tulang rusuk Adam dan penciptaan Isa ‘alaihis salam dari seorang ibu tanpa bapak, maka Mahasuci Allah Subhaanahu wa Ta'aala yang berkuasa atas segala sesuatu.
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ مَرْيَمَ إِذِ انْتَبَذَتْ مِنْ أَهْلِهَا مَكَانًا شَرْقِيًّا (١٦)فَاتَّخَذَتْ مِنْ دُونِهِمْ حِجَابًا فَأَرْسَلْنَا إِلَيْهَا رُوحَنَا فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَرًا سَوِيًّا (١٧)قَالَتْ إِنِّي أَعُوذُ بِالرَّحْمَنِ مِنْكَ إِنْ كُنْتَ تَقِيًّا (١٨) قَالَ إِنَّمَا أَنَا رَسُولُ رَبِّكِ لأهَبَ لَكِ غُلامًا زَكِيًّا (١٩) قَالَتْ أَنَّى يَكُونُ لِي غُلامٌ وَلَمْ يَمْسَسْنِي بَشَرٌ وَلَمْ أَكُ بَغِيًّا (٢٠) قَالَ كَذَلِكِ قَالَ رَبُّكِ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌ وَلِنَجْعَلَهُ آيَةً لِلنَّاسِ وَرَحْمَةً مِنَّا وَكَانَ أَمْرًا مَقْضِيًّا (٢١
Terjemah Surat Maryam 16-21
16. [10]Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Maryam di dalam kitab (Al Quran)[11], yaitu ketika dia mengasingkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur (Baitulmaqdis),
17. Lalu dia memasang tabir (yang melindunginya) dari mereka[12]; lalu Kami mengutus roh Kami (Jibril) kepadanya, maka dia menampakkan diri di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna.
18. Dia (Maryam) berkata, "Sungguh, aku berlindung kepada Tuhan yang Maha Pengasih terhadapmu, jika engkau orang yang bertakwa[13].”
19. Dia (Jibril) berkata, "Sesungguhnya aku hanyalah utusan Tuhanmu[14], untuk menyampaikan anugerah kepadamu seorang anak laki-laki yang suci[15].”
20. [16]Dia (Maryam) berkata, "Bagaimana mungkin aku mempunyai anak laki-laki, padahal tidak pernah ada orang (laki-laki) yang menyentuhku[17] dan aku bukan seorang pezina!"
21. Dia (Jibril) berkata, "Demikianlah[18].” Tuhanmu berfirman, "Hal itu mudah bagi-Ku, dan agar Kami menjadikannya suatu tanda (kekuasaan Allah) bagi manusia[19] dan sebagai rahmat dari kami[20]; dan hal itu[21] adalah suatu urusan yang sudah diputuskan.”
[1] Ayat ini ditujukkan kepada Yahya setelah Beliau lahir dan semakin besar, yaitu pada saat Beliau sudah dapat memahami pembicaraan, maka Allah memerintahkan Yahya untuk mempelajari kitab Taurat dengan sungguh-sungguh, baik dengan menghapalnya, memahami maknanya, mengamalkan perintah dan menjauhi larangannya.
[2] Yakni pelajarilah Taurat itu, amalkan isinya, dan sampaikan kepada umatmu.
[3] Maksudnya kenabian atau pemahaman terhadap Taurat dan pendalaman agama.
[4] Menurut sebagian ahli tafsir, bahwa ketika itu usia Yahya 3 tahun.
[5] Hal ini menunjukkan tidak adanya sifat-sifat tercela dalam dirinya dan akhlak yang buruk. Ada pula yang menafsirkan, dengan suka bersedekah kepada orang lain.
[6] Beliau berbuat baik kepada keduanya baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan.
[7] Baik sombong dari beribadah kepada Allah maupun sombong terhadap manusia, bahkan Beliau seorang yang tawadhu’.
[8] Yakni dari Allah.
[9] Nabi Yahya mendapatkan keamanan pada saat-saat menegangkan tersebut.
[10] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan kisah Zakaria dan Yahya, di mana kisah itu termasuk tanda-tanda kekuasaan Allah yang menakjubkan, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala melanjutkan dengan kisah yang lebih menakjubkan lagi dengan bertahap dari yang ringan lalu naik ke atasnya lagi.
[11] Hal ini termasuk dalil tentang keutamaan Maryam, karena nama dan kisahnya disebutkan dalam Al Qur’an yang dibaca oleh kaum muslimin di berbagai penjuru dunia, di sana disebutkan pujian untuknya, balasan terhadap amalnya yang utama dan sempurna.
[12] Dia ber’uzlah (mengasingkan diri) dari manusia dan menyendiri untuk beribadah kepada Allah.
[13] Yakni jika engkau takut kepada Allah, maka janganlah mendatangiku. Maryam menggabung antara berpegang teguh kepada Tuhannya dengan menakut-nakutinya serta menyuruhnya untuk bertakwa. Ketika itu kondisinya sepi, jauh dari manusia, sedangkan malaikat yang datang kepadanya menampakkan diri dalam bentuk manusia yang sempurna lagi indah. Pendorong untuk berbuat maksiat sangat banyak, akan tetapi Maryam menolaknya, ia berlindung kepada Allah dan menakut-nakuti orang yang mendekatinya. Hal ini menunjukkan ‘iffah (bersihnya) Maryam, jauhnya dari keburukan dan sebab-sebabnya. Sikap ‘iffah ini dengan adanya pendorong dan tidak adanya penghalang termasuk amalan yang sangat utama. Oleh karena itu, Allah memuji Maryam karena ‘iffahnya, Dia berfirman, “Dan (ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, Maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami, dan Dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-Kitab-Nya, dan Dia termasuk orang-orang yang taat.” (Terj. At Tahrim: 12). Oleh karena ‘iffahnya, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala menggantikannya dengan menganugerahkan seorang anak yang termasuk tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah dan menjadi salah seorang rasul-Nya.
[14] Yakni tugasku hanyalah menyampaikan risalah Tuhanku kepadamu.
[15] Yakni suci dari sifat-sifat tercela dan memiliki sifat-sifat terpuji.
[16] Maryam merasa heran karena akan melahirkan anak tanpa bapak.
[17] Dengan menikahiku.
[18] Yakni diciptakan-Nya seorang anak dari kamu tanpa seorang bapak.
[19] Yang menunjukkan sempurnanya kekuasaan Allah, dan bahwa semua sebab tidaklah berpengaruh dengan sendirinya, bahkan berpengaruh dengan taqdir Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
[20] Baik kepadanya, kepada ibunya maupun kepada manusia. Rahmat Allah kepadanya adalah dengan menjadikannya salah seorang rasul di antara rasul-rasul Allah, di mana ia akan mengajak manusia menyembah Allah dan mengesakan-Nya. Lebih dari itu, Beliau (Nabi Isa ‘alaihis salam) termasuk salah seorang rasul ulul ‘azmi. Adapun rahmat-Nya kepada ibunya adalah karena ia mendapatkan kebanggaan, pujian yang baik dan manfaat yang besar. Sedangkan rahmat-Nya kepada manusia dan menjadi nikmat terbesar bagi mereka adalah dengan mengutusnya kepada manusia, membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, membersihkan mereka, mengajarkan mereka kitab dan hikmah, di mana jika mereka mengikutinya, maka mereka akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
[21] Adanya ‘Isa ‘alaihis salam dengan cara seperti itu.