Ayat 62-68: Penegakkan hujjah oleh Nabi Ibrahim ‘alaihis salam kepada kaumnya dan bagaimana kaumnya berusaha membakarnya.
قَالُوا أَأَنْتَ فَعَلْتَ هَذَا بِآلِهَتِنَا يَا إِبْرَاهِيمُ (٦٢) قَالَ بَلْ فَعَلَهُ كَبِيرُهُمْ هَذَا فَاسْأَلُوهُمْ إِنْ كَانُوا يَنْطِقُونَ (٦٣) فَرَجَعُوا إِلَى أَنْفُسِهِمْ فَقَالُوا إِنَّكُمْ أَنْتُمُ الظَّالِمُونَ (٦٤) ثُمَّ نُكِسُوا عَلَى رُءُوسِهِمْ لَقَدْ عَلِمْتَ مَا هَؤُلاءِ يَنْطِقُونَ (٦٥) قَالَ أَفَتَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لا يَنْفَعُكُمْ شَيْئًا وَلا يَضُرُّكُمْ (٦٦) أُفٍّ لَكُمْ وَلِمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَفَلا تَعْقِلُونَ (٦٧) قَالُوا حَرِّقُوهُ وَانْصُرُوا آلِهَتَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ فَاعِلِينَ (٦٨)
Terjemah Surat Al Anbiya Ayat 62-68
62. Mereka bertanya[1], "Apakah engkau yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, wahai Ibrahim?"
63. Dia (Ibrahim) menjawab, "Sebenarnya patung besar itu yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada mereka[2], jika mereka dapat berbicara.”
64. Maka mereka kembali kepada kesadaran[3] dan berkata, "Sesungguhnya kamulah yang menzalimi (diri sendiri)[4].”
65. Kemudian mereka menundukkan kepala[5] (lalu berkata), "Engkau (Ibrahim) pasti tahu bahwa (berhala-berhala) itu tidak dapat berbicara[6]."
66. Dia (Ibrahim) berkata, “Mengapa kamu menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikit pun[7], dan tidak (pula) mendatangkan mudharat kepada kamu[8]?
67. Celakalah kamu[9] dan apa yang kamu sembah selain Allah. Tidakkah kamu mengerti[10]?”
68. [11]Mereka berkata, "Bakarlah dia dan tolonglah tuhan-tuhan kamu[12], jika kamu benar-benar hendak berbuat[13].”
Ayat 69-73: Penyelamatan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dan penjelasan nikmat-nikmat Allah kepada keturunannya.
قُلْنَا يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلامًا عَلَى إِبْرَاهِيمَ (٦٩) وَأَرَادُوا بِهِ كَيْدًا فَجَعَلْنَاهُمُ الأخْسَرِينَ (٧٠) وَنَجَّيْنَاهُ وَلُوطًا إِلَى الأرْضِ الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا لِلْعَالَمِينَ (٧١) وَوَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ نَافِلَةً وَكُلا جَعَلْنَا صَالِحِينَ (٧٢) وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ الصَّلاةِ وَإِيتَاءَ الزَّكَاةِ وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ (٧٣)
Terjemah Surat Al Anbiya Ayat 69-73
69. Kami (Allah) berfirman, "Wahai api! Jadilah kamu dingin dan penyelamat bagi Ibrahim[14],”
70. Dan mereka hendak berbuat jahat terhadap Ibrahim[15], maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling rugi[16].
71. Dan Kami seIamatkan dia (Ibrahim) dan Luth[17] ke sebuah negeri yang telah Kami berkahi untuk seluruh alam[18].
72. Dan Kami menganugerahkan kepadanya (Ibrahim) lshak[19], dan Ya'qub sebagai suatu anugerah[20]. Dan masing-masing Kami jadikan orang yang saleh[21]
73. Dan Kami menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami[22], dan Kami wahyukan kepada mereka agar berbuat kebaikan[23], melaksanakan shalat, menunaikan zakat[24], dan hanya kepada Kami mereka menyembah[25].
[1] Ketika Ibrahim telah dihadapkan.
[2] Yakni patung yang dirusak dan patung yang tidak dirusak tentang siapa yang melakukannya. Dalam perkataan ini, Ibrahim menyindir mereka dengan maksud menerangkan, bahwa patung itu tidak bisa berbuat apa-apa, sehingga tidak pantas disembah.
[3] Kesadaran mereka kembali, mereka mengetahui bahwa mereka berada dalam kesesatan, dan mereka mengakui bahwa perbuatan mereka selama ini adalah salah, ketika seperti ini hujjah tegak terhadap mereka. Akan tetapi kesadaran ini tidak berlangsung lama, bahkan mereka kembali seperti semula.
[4] Dengan menyembah sesuatu yang tidak dapat berbicara.
[5] Maksudnya, mereka kembali membangkang setelah sadar.
[6] Sehingga mengapa engkau menyuruh kami bertanya kepadanya.
[7] Seperti rezeki dan lainnya.
[8] Jika kamu tidak menyembahnya.
[9] Yakni sungguh sesat, rugi, dan hina dirimu dan apa yang kamu sembah selain Allah.
[10] Yakni bahwa patung-patung itu tidak berhak disembah, dan bahwa yang pantas disembah adalah Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
[11] Setelah Nabi Ibrahim ‘alaihis salam membuat mereka tidak bisa lagi menjawab, maka mereka menggunakan kekerasan.
[12] Dengan membakar Ibrahim.
[13] Yakni hendak membela tuhan-tuhan kamu. Maka mereka mengumpulkan kayu bakar yang banyak dan menyalakan api serta mengikat Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Mereka taruh Beliau dalam Manjenik (alat pelempar) lalu melemparnya ke dalam api.
[14] Oleh karena itu, Nabi Ibrahim alaihis salam tidak terbakar, selain tali pengikatnya saja, panasnya hilang sedangkan cahayanya tetap.
[15] Yaitu ketika mereka sepakat untuk membakarnya.
[16] Di dunia dan akhirat. Sebaliknya kekasih-Nya dan para pengikutnya, merekalah orang-orang yang beruntung.
[17] Di antara kaum Ibrahim, yang beriman kepadanya hanyalah Luth. Beliau (Luth) adalah putera saudara Ibrahim. Allah menyelamatkan Ibrahim dan Luth dari raja Babil Namrud dan kaumnya. Kemudian keduanya berhijrah ke Syam meninggalkan kaumnya di Babil, salah satu daerah di Irak.
[18] Yang dimaksud dengan negeri di sini ialah negeri Syam, termasuk di dalamnya Palestina. Allah memberkahi negeri itu artinya kebanyakan nabi berasal dari negeri itu dan tanahnya pun subur
[19] Yakni ketika Ibrahim meminta dianugerahkan seorang anak dari istrinya yang mandul, yaitu Sarah.
[20] Yakni Ya’kub sebagai tambahan dari permintaannya.
[21] Yang memenuhi hak Allah dan hak hamba-hamba-Nya. Termasuk kesalehan mereka adalah, Allah menjadikan mereka sebagai pemimpin yang menunjukkan kepada kebaikan dengan perintah-Nya. Hal ini merupakan nikmat paling besar yang Allah berikan kepada hamba-Nya, yakni dijadikan-Nya sebagai pemimpin kebaikan (a’immatul huda), di mana orang-orang mengikuti di belakangnya, yang demikian adalah karena kesabaran mereka dan yakin kepada ayat-ayat Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
[22] Maksudnya, dengan agama Kami, bukan memerintah berdasarkan hawa nafsu mereka, tetapi berdasarkan perintah Allah dan agama-Nya, dan seorang hamba tidaklah menjadi imam (pemimpin) sampai ia mengajak manusia kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
[23] Yakni berbuat dan memerintahkannya, baik yang terkait dengan hak Allah maupun hak manusia.
[24] Hal ini termasuk pengathafan (penyertaan) yang khusus kepada yang umum (yaitu semua kebaikan). Disebutkan kedua ibadah ini meskipun sudah termasuk ke dalam kebaikan, karena kelebihan dan keutamaannya. Hal itu, karena barang siapa yang menyempurnakan keduanya sebagaimana yang diperintahkan, maka ia telah menegakkan agamanya, dan barang siapa yang menyia-nyiakan keduanya, maka berarti dia merobohkan agamanya. Jika keduanya telah ditinggalkan, maka perintah-perintah agama yang lain tentu lebih ditinggalkan lagi. Di samping itu, shalat adalah amal yang paling utama karena di sana terdapat hak Allah, dan zakat adalah amal yang paling utama, karena di sana terdapat hak hamba.
[25] Yakni sebagian besar waktu-waktu mereka diisi dengan ibadah.