Juz 15
Surah Al Israa’ (Memperjalankan Di Malam Hari)
Surah ke-17. 111 ayat. Makkiyyah
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Ayat 1: Mukjizat Isra’ dan Mi’raj untuk menguatkan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam sekaligus sebagai penghormatan untuk Beliau, ia juga merupakan salah satu bukti kekuasaan Allah Subhaanahu wa Ta'aala, dan isyarat kepada umat Islam sebagai suatu umat yang akan menjadi besar.
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (١)
1.Mahasuci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam[1] ke Masjidil Aqsa[2] yang telah Kami berkahi sekelilingnya[3] agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kekuasaan) kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
Ayat 2-8: Penghormatan kepada Nabi Musa ‘alaihis salam dengan menurunkan Taurat kepadanya, membicarakan tentang Bani Israil, kerusakan yang mereka lakukan di bumi dan hukuman Allah kepada mereka karena meninggalkan Taurat.
وَآتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَجَعَلْنَاهُ هُدًى لِبَنِي إِسْرَائِيلَ أَلا تَتَّخِذُوا مِنْ دُونِي وَكِيلا (٢) ذُرِّيَّةَ مَنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ إِنَّهُ كَانَ عَبْدًا شَكُورًا (٣) وَقَضَيْنَا إِلَى بَنِي إسْرائِيلَ فِي الْكِتَابِ لَتُفْسِدُنَّ فِي الأرْضِ مَرَّتَيْنِ وَلَتَعْلُنَّ عُلُوًّا كَبِيرًا (٤) فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ أُولاهُمَا بَعَثْنَا عَلَيْكُمْ عِبَادًا لَنَا أُولِي بَأْسٍ شَدِيدٍ فَجَاسُوا خِلالَ الدِّيَارِ وَكَانَ وَعْدًا مَفْعُولا (٥) ثُمَّ رَدَدْنَا لَكُمُ الْكَرَّةَ عَلَيْهِمْ وَأَمْدَدْنَاكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَجَعَلْنَاكُمْ أَكْثَرَ نَفِيرًا (٦) إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لأنْفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الآخِرَةِ لِيَسُوءُوا وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا مَا عَلَوْا تَتْبِيرًا (٧) عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يَرْحَمَكُمْ وَإِنْ عُدْتُمْ عُدْنَا وَجَعَلْنَا جَهَنَّمَ لِلْكَافِرِينَ حَصِيرًا (٨)
2. [4]Dan Kami berikan kepada Musa, kitab (Taurat) dan Kami jadikannya petunjuk[5] bagi Bani Israil (dengan firman), "Janganlah kamu mengambil pelindung selain Aku[6],
3. (Wahai) keturunan orang yang Kami bawa bersama Nuh[7]. Sesungguhnya dia (Nuh) adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur[8].”
4. [9]Dan Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu, "Kamu pasti akan berbuat kerusakan di bumi[10] dua kali[11] dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar.”
5. Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang perkasa[12], lalu mereka merajalela di kampung-kampung[13]. Dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana.
6. Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka[14], Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar[15].
7. Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri[16]. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri[17]. Apabila datang saat hukuman (kejahatan) yang kedua, (Kami bangkitkan musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu[18] lalu mereka masuk ke dalam masjid (Masjidil Aqsa)[19], sebagaimana ketika mereka memasukinya pertama kali dan mereka membinasakan apa saja yang mereka kuasai[20].
8. Mudah-mudahan Tuhan kamu melimpahkan rahmat kepada kamu[21]; tetapi jika kamu kembali (melakukan kejahatan), niscaya Kami kembali (mengazabmu)[22] dan Kami jadikan neraka Jahanam penjara bagi orang kafir[23].
Ayat 9-11: Keutamaan Al Qur’an, Al Qur’an petunjuk ke jalan yang benar, kabar gembira bagi yang mengikutinya dan ancaman bagi orang yang berpaling darinya dan menyelisihinya.
إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا (٩) وَأَنَّ الَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ بِالآخِرَةِ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا (١٠) وَيَدْعُ الإنْسَانُ بِالشَّرِّ دُعَاءَهُ بِالْخَيْرِ وَكَانَ الإنْسَانُ عَجُولا (١١
9. [24]Sungguh, Al Quran ini memberikan petunjuk ke (jalan) yang paling lurus[25] dan memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan amal saleh[26] bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar,
10. Dan bahwa orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, Kami sediakan bagi mereka azab yang pedih[27].
11. Dan manusia (seringkali) berdoa untuk kejahatan[28] sebagaimana (biasanya) dia berdoa untuk kebaikan. Dan memang manusia bersifat tergesa-gesa[29].
[1] Masjidilharam adalah masjid yang paling utama secara mutlak, sedangkan Masjidil Aqsa termasuk masjid yang utama, di mana ia merupakan tempat para nabi.
[2] Syaikh As Sa’diy berkata, “Beliau diperjalankan dalam satu malam ke tempat yang jauh sekali, dan kembali pada malam itu. Allah memperlihatkan kepada Beliau ayat-ayat-Nya yang dengannya bertambahlah hidayah, bashirah (pandangan yang dalam) dan furqan (pembeda). Hal ini merupakan perhatian Allah Ta’ala dan kelembutan-Nya terhadap Beliau, di mana Allah memudahkan Beliau menuju kepada kemudahan dalam semua urusannya. Allah juga memberikan kepadanya nikmat yang banyak yang mengalahkan orang-orang terdahulu dan orang-orang yang datang kemudian. Zhahir ayat menunjukkan bahwa israa’ terjadi pada awal malam, dan dimulai dari Masjidilharam itu. Akan tetapi, ada riwayat dalam hadits shahih, bahwa Beliau diperjalankan dari rumah Ummu Hani’. Dengan demikian, keutamaan pada Masjidilharam untuk semua tanah haram. Semua bagiannya dilipatgandakan (pahala) ibadahnya sebagaimana dilipatgandakannya ibadah ketika di masjid tersebut. Hal ini juga menunjukkan bahwa isra’ terjadi dengan ruh dan jasadnya secara bersamaan, karena jika tidak demikian, maka sama saja tidak ada tanda besar dan keutamaan yang agung. Banyak hadits-hadits yang sah dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tentang israa’, dan perincian tentang apa yang Beliau lihat, dan bahwa Beliau diperjalankan ke Baitulmaqdis, lalu dari sana dinaikkan ke langit-langit sampai tiba di bagian langit yang paling atas. Beliau juga melihat surga dan neraka, dan melihat para nabi dengan tingkatan yang berbeda-beda. Ketika itu, Allah mewajibkan kepada Beliau shalat lima puluh waktu, lalu Beliau kembali menghadap Allah dan terus kembali dengan isyarat Nabi Musa Al Kalim, sehingga jumlahnya menjadi lima waktu dikerjakan, namun pahala dan balasannya seperti melakukan shalat lima puluh waktu. Ketika itu, Beliau dan umatnya membawa banyak kebanggan, di mana tidak ada yang mengetahui jumlahnya selain Allah ‘Azza wa Jalla.
Faedah: Sebagian orang yang kurang akalnya mengatakan bahwa isra’ dan mi’raj bertentangan dengan akal sehat manusia. Kita menjawab, “Tidak, bahkan sama sekali tidak bertentangan dengan akal manusia, karena yang memperjalankan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa adalah Allah Subhaanahu wa Ta'aala sebagaimana dalam ayat di atas, bukan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri. Sedangkan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu dan semuanya mudah bagi-Nya. Untuk lebih jelasnya, kami akan membuatkan permisalan dengan pertanyaan berikut, “Mungkinkah seekor semut bisa tiba dari Jakarta ke Bogor dalam waktu tiga jam?” Jawab, “Mungkin, karena bisa saja semut tersebut berada dalam buah rambutan, lalu buah rambutan tersebut diangkut ke dalam sebuah mobil yang hendak berangkat dari Jakarta ke Bogor, ternyata sampai di Bogor hanya memakan waktu tiga jam, sehingga semut pun sampai di sana dalam waktu tiga jam.” Sampainya semut ke Bogor dalam waktu yang cukup singkat itu, karena yang memperjalankan adalah mobil yang memiliki kecepatan dan kekuatan, bukan semut itu sendiri. Perhatikanlah permisalan ini!
[3] Daerah-daerah sekitarnya mendapat berkah dari Allah dengan diutus-Nya nabi-nabi di negeri itu dan diberikan-Nya kesuburan tanah. Termasuk keberkahan Masjidil Aqsa adalah dilebihkan-Nya masjid itu di atas semua masjid selain Masjidilharam dan Masjid Nabawi, dan ia salah satu masjid yang dianjurkan mengadakan perjalanan untuk beribadah dan shalat di sana. Di samping itu, Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengkhususkannya sebagai tempat para nabi dan makhluk pilihan-Nya.
[4] Allah Subhaanahu wa Ta'aala sering menyertakan kenabian Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dengan kenabian Musa ‘alaihis salam, demikian pula antara kitab dan syari’at keduanya. Hal itu, karena kitab keduanya adalah kitab yang paling utama, sedangkan syari’atnya adalah syari’at yang paling sempurna, dan kenabian keduanya adalah kenabian yang paling tinggi, dan para pengikutnya adalah mayoritas kaum mukmin. Demikian menurut Syaikh As Sa’diy rahimahullah.
[5] Di tengah gelapnya kebodohan.
[6] Yakni agar mereka hanya beribadah kepada Allah, kembali kepada-Nya, dan menjadikan-Nya sebagai al Wakil (Tuhan yang diserahi urusan) serta pengatur mereka baik dalam urusan agama maupun dunia, serta tidak bergantung kepada selain-Nya yang sesungguhnya tidak memiliki apa-apa dan tidak memberikan manfaat sedikit pun.
[7] Dalam kapal.
[8] Lagi memuji-Nya dalam setiap keadaan. Di ayat ini, Allah Subhaanahu wa Ta'aala meninggikan namanya dan memujinya karena syukurnya kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Demikian pula mendorong keturunannya agar mengikutinya dengan bersyukur dan mengingat nikmat Allah, karena Dia telah menyelamatkan mereka, menjadikan mereka sebagai khalifah di bumi dan menenggelamkan yang lain.
[9] Ayat ini dan setelahnya merupakan peringatan dan ancaman agar mereka kembali kepada agama Allah.
[10] Yakni negeri Syam dengan melakukan berbagai kemaksiatan dan bersikap sombong.
[11] Yang pertama adalah membunuh Nabi Zakaria ‘alaihis salam, sedangkan yang kedua adalah membunuh Nabi Yahya ‘alaihis salam. Sebagai balasan terhadap kejahatan mereka membunuh nabi dan ulama, maka Allah mengirimkan Jalut dan tentara-tentaranya yang membunuh dan menawan Bani Israil serta merobohkan Baitulmaqdis. Sedangkan sebagai balasan terhadap kejahatan mereka; membunuh Nabi Yahya ‘alaihis salam adalah dengan Allah kirimkan kepada mereka raja Bukhtanashir, lalu ia membunuh ribuan orang Bani Israil dan menawan anak-anak mereka serta merobohkan Baitulmaqdis kembali. Hal ini menurut pendapat sebagian ulama.
[12] Yakni pemberani, berjumlah banyak, dan peralatannya lengkap.
[13] Mencari kamu untuk membunuh kamu dan menawan anak-anakmu serta merampas harta kekayaanmu. Para ulama berselisih tentang orang yang menguasai Bani Israil itu, hanyasaja mereka sepakat bahwa mereka yang mengiuasai itu adalah orang-orang kafir. Ada yang mengatakan, bahwa mereka itu adalah Jalut dan tentara-tentaranya, yang membunuh dan menawan Bani Israil serta merobohkan Baitulmaqdis. Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberikan kekuasaan kepada musuh saat Bani Israil banyak yang melakukan maksiat, meninggalkan banyak syari’at yang dibebankan kepada mereka serta melampaui batas di muka bumi.
[14] Yakni berhasil mengusir mereka dari tempat tinggalnya. Ada yang berpendapat, bahwa maksudnya adalah berhasil membunuh Jalut dan tentara-tentaranya setelah seratus tahun ditindas olehnya.
[15] Disebabkan perbuatan ihsanmu dan ketundukan serta kerendahan hatimu kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
[16] Karena manfaatnya kembali kepada kamu, bahkan ketika di dunia, saat kamu berbuat ihsan kamu dapat mengalahkan musuhmu.
[17] Sebagaimana Allah Subhaanahu wa Ta'aala telah memberikan kekuasaan kepada musuhmu terhadap kamu ketika kamu melakukan berbagai kemaksiatan.
[18] Yakni membuatmu sedih dengan kesedihan yang nampak di wajahmu karena adanya pembunuhan dan penawanan.
[19] Sebagaimana sebelumnya.
[20] Mereka membinasakan rumah-rumahmu, masjid-masjid, dan ladang tempat kamu bercocok tanam.
[21] Setelah menimpakan hukuman yang kedua.
[22] Ternyata orang-orang Yahudi mengulangi lagi kejahatannya dengan mendustakan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan mengkhianati perjanjian dengan Beliau, maka Allah berikan kepada Beliau kekuasaan terhadap mereka, sehingga kelompok dari mereka, yaitu Bani Quraizhah dibunuh, sekelompok lagi yaitu Bani Nadhir diusir sebagaimana kelompok sebelumnya, yaitu Bani Qainuqa’ juga diusir. Demikian juga Allah Subhaanahu wa Ta'aala mensyari’atkan kepada Beliau pemungutan pajak dari mereka jika mereka ingin aman di bawah perlindungan pemerintah Islam.
[23] Mereka dibakar di sana dan tidak dikeluarkan daripadanya. Syaikh As Sa’diy berkata, “Dalam beberapa ayat ini terdapat peringatan terhadap umat ini untuk tidak melakukan maksiat agar mereka tidak ditimpa musibah seperti yang menimpa Bani Israil. Hal itu, karena Sunnatullah itu satu, tidak berubah dan berganti. Orang yang menyaksikan kaum kafir dan zalim menguasai kaum muslimin akan mengetahui, bahwa hal itu disebabkan dosa-dosa mereka; sebagai hukuman bagi mereka, dan bahwa jika mereka menegakkan kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya, maka Allah akan menguatkan mereka di bumi dan menolong mereka terhadap musuh-musuh mereka.
[24] Di ayat ini, Allah Subhaanahu wa Ta'aala menerangkan kemuliaan Al Qur’an dan keagungannya.
[25] Baik dalam ‘aqidah, amal maupun akhlak. Oleh karena itu, orang yang mengambil petunjuk darinya, maka ia akan menjadi orang yang sempurna, lurus dan mendapat petunjuk.
[26] Yaitu amalan yang wajib maupun yang sunat.
[27] Ayat ini menunjukkan, bahwa Al Qur’an berisikan kabar gembira dan peringatan, menerangkan sebab-sebab untuk memperoleh kabar gembira, yaitu iman dan amal saleh dan sebab yang yang menjadikan seseorang mendapat ancaman, yaitu kebalikannya.
[28] Bagi diri, keluarga, dan hartanya ketika marah. Hal ini karena kebodohan dan sikap tergesa-gesanya. Akan tetapi, Allah Subhaanahu wa Ta'aala karena kelembutan-Nya mengabulkan yang baiknya, tidak yang buruk, karena sebagaimana firman-Nya, “Dan kalau sekiranya Allah menyegerakan kejahatan bagi manusia seperti permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pastilah diakhiri umur mereka…dst.” (Terj. Yunus: 11)
[29] Dengan berdoa untuk keburukan diri dan keluarganya tanpa melihat akibatnya.