-->

Tafsir Ar Ruum Ayat 1-16

Tafsir Ayat Qur'an -

Surah Ar Ruum (Bangsa Romawi)

Surah ke-30. 60 ayat. Makkiyyah

  بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Ayat 1-7: Kebenaran berita Al Qur’an tentang peristiwa yang akan terjadi, berita kemenangan Bangsa Romawi terhadap Bangsa Persia yang musyrik.

الم (١) غُلِبَتِ الرُّومُ (٢) فِي أَدْنَى الأرْضِ وَهُمْ مِنْ بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ (٣) فِي بِضْعِ سِنِينَ لِلَّهِ الأمْرُ مِنْ قَبْلُ وَمِنْ بَعْدُ وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ (٤) بِنَصْرِ اللَّهِ يَنْصُرُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ   (٥) وَعْدَ اللَّهِ لا يُخْلِفُ اللَّهُ وَعْدَهُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ (٦) يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ (٧

1. Alif laam Miim.

2. Bangsa Romawi[1] telah dikalahkan[2],

3. di negeri yang terdekat[3] dan mereka setelah kekalahannya itu akan menang[4],

4. dalam beberapa tahun lagi[5]. Bagi Allah-lah urusan sebelum dan setelah (mereka menang)[6]. Dan pada hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman[7],

5. karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang Dia kehendaki. Dia Mahaperkasa[8] lagi Maha Penyayang[9].

6. (Itulah) janji Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya[10], tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui[11].

7. Mereka mengetahui yang lahir (tampak) dari kehidupan dunia[12]; sedangkan terhadap (kehidupan) akhirat mereka lalai[13].

Ayat 8-16: Dorongan untuk merenungi alam semesta dan diri manusia, menguatkan adanya kebangkitan dan hisab, serta terbaginya manusia menjadi mukmin dan kafir.

  أَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوا فِي أَنْفُسِهِمْ مَا خَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا إِلا بِالْحَقِّ وَأَجَلٍ مُسَمًّى وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ بِلِقَاءِ رَبِّهِمْ لَكَافِرُونَ (٨) أَوَلَمْ يَسِيرُوا فِي الأرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ كَانُوا أَشَدَّ مِنْهُمْ قُوَّةً وَأَثَارُوا الأرْضَ وَعَمَرُوهَا أَكْثَرَ مِمَّا عَمَرُوهَا وَجَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ (٩) ثُمَّ كَانَ عَاقِبَةَ الَّذِينَ أَسَاءُوا السُّوءَى أَنْ كَذَّبُوا بِآيَاتِ اللَّهِ وَكَانُوا بِهَا يَسْتَهْزِئُونَ (١٠)اللَّهُ يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (١١) وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ يُبْلِسُ الْمُجْرِمُونَ (١٢) وَلَمْ يَكُنْ لَهُمْ مِنْ شُرَكَائِهِمْ شُفَعَاءُ وَكَانُوا بِشُرَكَائِهِمْ كَافِرِينَ (١٣)وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ يَوْمَئِذٍ يَتَفَرَّقُونَ (١٤)فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَهُمْ فِي رَوْضَةٍ يُحْبَرُونَ (١٥)وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَلِقَاءِ الآخِرَةِ فَأُولَئِكَ فِي الْعَذَابِ مُحْضَرُونَ (١٦

8. Dan mengapa mereka[14] tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka[15]? Allah tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar[16] dan dalam waktu yang ditentukan[17]. Dan sesungguhnya banyak di antara manusia benar-benar mengingkari pertemuan dengan Tuhannya[18].  

9. Dan tidakkah mereka bepergian di bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan rasul)? Orang-orang itu lebih kuat dari mereka (sendiri) dan mereka telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya melebihi apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang jelas. Maka Allah sama sekali tidak berlaku zalim kepada mereka[19], tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri mereka sendiri.

10. Kemudian, azab yang lebih buruk[20] adalah kesudahan bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan. Karena mereka mendustakan ayat-ayat Allah dan mereka selalu memperolok-olokannya.

11. [21]Allah yang memulai penciptaan (makhluk), kemudian mengulanginya kembali; kemudian kepada-Nya kamu dikembalikan.

12. Dan pada hari (ketika) terjadi kiamat[22], orang-orang yang berdosa (kaum musyrik) terdiam berputus asa[23].

13. Dan tidak mungkin ada pemberi syafaat[24] (pertolongan) bagi mereka dari berhala-berhala mereka, sedangkan mereka mengingkari[25] berhala-berhala mereka itu[26].

14. Dan pada hari (ketika) terjadi Kiamat, pada hari itu manusia terpecah-pecah (dalam kelompok)[27].

15. Adapun orang-orang yang beriman[28] dan mengerjakan amal saleh, maka mereka di dalam taman[29] (surga) bergembira[30].

16. Dan adapun orang-orang yang kafir[31] dan mendustakan ayat-ayat Kami[32] serta (mendustakan) pertemuan hari akhirat, maka mereka tetap berada di dalam azab (neraka)[33].


[1] Maksudnya, Romawi timur yang berpusat di Konstantinopel.

[2] Yakni oleh bangsa Persia, namun tidak sampai ke kerajaan Romawi, bahkan di negeri yang terdekat.

[3] Maksudnya, terdekat ke negeri Arab yaitu Syria dan Palestina sewaktu menjadi jajahan kerajaan Romawi Timur.

[4] Bangsa Romawi adalah satu bangsa yang beragama Nasrani yang mempunyai kitab suci, sedangkan bangsa Persia beragama Majusi, menyembah api dan berhala (musyrik). Keduanya adalah bangsa yang besar di dunia ketika itu, dan keduanya saling berperang. Ketika tersiar berita kekalahan bangsa Romawi oleh bangsa Persia, maka kaum musyrik Mekah menyambutnya dengan gembira karena berpihak kepada orang-orang musyrik Persia. Sedangkan kaum muslimin berduka cita karenanya. Disebutkan, bahwa orang-orang musyrik Mekah sampai berkata kepada kaum muslimin, “Kami akan mengalahkan kamu sebagaimana bangsa Persia mengalahkan bangsa Romawi.” Kemudian turunlah ayat ini dan ayat yang berikutnya menerangkan bahwa bangsa Romawi setelah kalah itu akan mendapat kemenangan dalam masa beberapa tahun saja. Hal itu benar-benar terjadi. Beberapa tahun setelah itu menanglah bangsa Romawi dan kalahlah bangsa Persia. Dengan kejadian itu jelaslah kebenaran Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai Nabi dan Rasul dan kebenaran Al Quran sebagai firman Allah.

[5] Ialah antara tiga sampai sembilan tahun. Waktu antara kekalahan bangsa Romawi (tahun 614-615) dengan kemenangannya (tahun 622 M) kira-kira tujuh tahun.

[6] Kemenangan dan kekalahan adalah dengan kehendak Alah dan qadar-Nya, bukan karena adanya sebab.

[7] Sedangkan orang-orang musyrik berduka cita. Meskipun bangsa Romawi juga orang-orang kafir, namun sebagian keburukannya lebih ringan daripada bangsa Persia.

[8] Dengan keperkasaan-Nya Dia tundukkan semua makhluk, Dia memberikan kerajaan kepada siapa yang Dia kehendaki dan mencabut kerajaan dari siapa yang Dia kehendaki, Dia memuliakan siapa yang Dia kehendaki dan menghinakan siapa yang Dia kehendaki.

[9] Kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin, di mana Dia telah menetapkan segala sebab yang membahagiakan mereka dan memenangkan mereka.

[10] Maka kaum muslimin yakin dan memastikan kemenangan itu. Ketika turun ayat ini, kaum muslimin membenarkannya, sedangkan kaum musyrik mengingkarinya. Saking yakinnya dengan janji itu, sampai di antara kaum muslimin ada yang melakukan taruhan dengan kaum musyrikin terhadap hal itu. Ketika tiba waktu yang Allah tetapkan, maka menanglah bangsa Romawi terhadap bangsa Persia, dan mereka diusir dari negeri-negeri yang sebelumnya mereka rebut dari bangsa Romawi dan terwujudlah janji Allah itu.

[11] Bahwa janji Allah adalah hak (benar). Oleh karena itulah ada sebagian yang mendustakan janji Allah dan mendustakan ayat-ayat-Nya. Mereka itu tidak mengetahui hakikat segala sesuatu dan kesudahannya. Bahkan yang mereka ketahui sebagaimana yang disebutkan pada ayat selanjutnya adalah perkara yang lahir (tampak) dari kehidupan dunia.

[12] Mereka hanya melihat kepada sebab dan memastikan perkara karena ada sebab-sebabnya, dan mereka meyakini tidak akan terjadi perkara apa pun tanpa ada sebab-sebabnya. Mereka hanya berdiri bersama sebab, dan tidak melihat kepada yang mengadakan sebab itu.

[13] Hati mereka, hawa nafsu mereka, dan keinginan mereka tertuju kepada dunia dan perhiasannya. Oleh karena itu, mereka lakukan sesuatu untuknya dan berusaha keras kepadanya dan lalai dari akhirat. Mereka berbuat bukan karena rindu kepada surga dan takut kepada neraka serta takut berhadapan dengan Allah nanti pada hari Kiamat. Ini merupakan tanda kecelakaan seseorang. Namun sangat mengherangkan sekali, orang yang seperti ini adalah orang yang pandai dan cerdas dalam urusan dunia sampai membuat manusia terkagum kepadanya. Mereka membuat kendaraan darat, laut dan udara, serta merasa ujub (kagum) dengan akal mereka dan mereka melihat selain mereka lemah dari kemampuan itu yang sesungguhnya Allah yang memberikan kepada mereka kemampuan itu, sehingga mereka merendahkan orang lain, padahal mereka adalah orang yang paling bodoh dalam urusan agama, paling lalai terhadap akhirat, dan paling kurang melihat akibat (kesudahan dari segala sesuatu). Selanjutnya mereka melihat kepada kemampuan yang diberikan Allah berupa berpikir secara teliti tentang dunia dan hal yang tampak daripadanya, namun mereka dihalangi dari berpikir tinggi, yaitu mengetahui bahwa semua perkara milik Allah, hukum (keputusan) hak-Nya, memiliki rasa takut kepada-Nya dan meminta kepada-Nya agar Dia menyempurnakan pemberian-Nya kepada mereka berupa cahaya akal dan iman. Semua perkara itu jika diikat dengan iman dan menjadikannya sebagai dasar pijakan tentu akan membuahkan kemajuan, kehidupan yang tinggi, akan tetapi karena dibangun di atas sikap ilhad (ingkar Tuhan), maka tidak membuahkan selain turunnya akhlak, menjadi sebab kebinasaan dan kehancuran.

[14] Yakni mereka yang mendustakan para rasul Allah dan pertemuan dengan-Nya.

[15] Sesungguhnya dalam diri mereka terdapat ayat-ayat yang menunjukkan bahwa yang mengadakan mereka dari yang sebelumnya tidak ada akan mengulangi penciptaan lagi, dan bahwa yang mengubah mereka dari satu keadaan kepada keadaan yang lain; dari mani menjadi segumpal darah, lalu menjadi segumpal daging dan selanjutnya menjadi manusia yang memiliki ruh, dari anak kecil menjadi anak muda, lalu menjadi orang tua hingga menjadi kakek-kakek, tidak mungkin yang menjadikan seperti itu membiarkan mereka begitu saja, tidak diperintah dan tidak dilarang, tidak diberi pahala dan tidak disiksa. Ini tidak mungkin.

[16] Yakni untuk menguji manusia siapakah yang paling baik amalnya; paling ikhlas dan sesuai sunnah Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam.

[17] Maksudnya, keutuhan langit dan bumi telah ditentukan sampai waktu tertentu, di mana ketika itu bumi dan langit diganti dengan bumi dan langit yang baru.

[18] Oleh karena itu, mereka tidak mempersiapkan diri untuk menghadapi pertemuan dengan-Nya, tidak membenarkan para rasul yang memberitakannya, dan kekafiran ini merupakan kekafiran yang tidak didasari dalil. Bahkan dalil-dalil yang ada memastikan adanya kebangkitan dan pembalasan. Oleh karena itulah, di ayat selanjutnya Allah mengingatkan mereka untuk melakukan perjalanan di bumi dan melihat kesudahan yang menimpa orang-orang mendustakan para rasul dan menyelisihi perintahnya yang keadaannya lebih kuat dan lebih banyak peninggalannya di bumi, seperti sisa-sisa istana dan benteng-benteng, pepohonan yang mereka tanam, sungai yang mereka gali, tetapi kenyataannya kekuatan itu tidak berguna bagi mereka, dan peninggalan mereka tidak bermanfaat apa-apa saat mereka mendustakan rasul-rasul mereka yang datang membawa keterangan yang nyata yang menunjukkan kebenaran mereka dan kebenaran yang mereka bawa. Karena ketika melihat bekas peninggalan mereka, maka kita tidak menemukan selain sebagai umat-umat yang binasa, tempat tinggalnya pun sepi dijauhi manusia dan celaan dari manusia pun bertubi-tubi. Ini merupakan balasan yang disegerakan sekaligus sebagai contoh untuk balasan di akhirat dan awal baginya. Semua umat itu telah binasa, Allah tidak menzalimi mereka, akan tetapi mereka yang menzalimi diri mereka dan menyebabkan binasa.

[19] Dengan membinasakan mereka tanpa dosa.

[20] Yaitu neraka Jahanam.

[21] Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan, bahwa Dia sendiri yang memulai penciptaan dan mengulangi kembali, kemudian kepada-Nya mereka dikembalikan untuk diberikan balasan. Oleh karena itulah pada ayat selanjutnya disebutkan balasan orang-orang yang berbuat kebaikan dan balasan orang-orang yang berbuat keburukan.

[22] Yakni ketika manusia bangkit menghadap Rabbul ‘alamin dan menyaksikan peristiwa yang terjadi di alam akhirat, maka orang-orang yang berdosa berputus asa dari semua kebaikan, karena tidak ada yang mereka siapkan selain dosa, berupa syirk, kekafiran dan kemaksiatan.

[23] Karena hujjah mereka telah terputus, dan karena tidak ada yang mereka siapkan untuk menghadapi hari itu selain sebab-sebab untuk disiksa. Saat itu pula, hilanglah semua yang mereka ada-adakan selama ini, berupa anggapan bahwa sesembahan-sesembahan mereka selain Allah akan memberikan syafaat.

[24] Syafa'at: usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain atau menghindarkan sesuatu mudharat bagi orang lain.

[25] Ketika itu, orang-orang musyrik berlepas diri dari sesembahannnya, dan sesembahan mereka pun berlepas diri pula dari para penyembahnya.

[26] Menurut sebagian ahli tafsir, ayat ini diartikan, “Sedangkan mereka menjadi kafir disebabkan berhala-berhala itu.

[27] Ada orang mukmin dan ada orang kafir.

[28] Dengan hati mereka dan mereka benarkan dengan amal.

[29] Di dalamnya terdapat berbagai pepohonan dan berbagai kesenangan.

[30] Mereka menikmati makanan dan minuman yang lezat di sana, memperoleh bidadari yang bermata jeli, memiliki para pelayan, mendengarkan suara yang merdu, melihat pemandangan yang indah, mencium wewangin yang semerbak, dan kenikmatan lainnya yang sulit disifatkan.

[31] Mengingkari nikmat itu dan menyikapinya dengan kufur; tidak bersyukur.

[32] Yakni yang dibawa para rasul Kami.

[33] Neraka Jahanam mengepung mereka dan azabnya membakar sampai naik ke hati, airnya yang panas membuat cacat muka dan memutuskan usus-usus mereka.

Related Posts: Tafsir Ar Ruum Ayat 1-16

Label Clouds
Faidah Surat Al Qur'an Juz 1 Juz 10 Juz 11 Juz 12 Juz 13 Juz 14 Juz 15 Juz 16 Juz 17 Juz 18 Juz 19 Juz 2 Juz 20 Juz 21 Juz 22 Juz 23 Juz 24 Juz 25 Juz 26 Juz 27 Juz 28 Juz 29 Juz 3 Juz 30 Juz 4 Juz 5 Juz 6 Juz 7 Juz 8 Juz 9 Keutamaan Surat Al Qur'an Tafsir 'Abasa Tafsir Ad Dukhaan Tafsir Adh Dhuha Tafsir Adz Dzaariyat Tafsir Al 'Aadiyaat Tafsir Al 'Alaq Tafsir Al 'Ashr Tafsir Al A'laa Tafsir Al A'raaf Tafsir Al Ahqaf Tafsir Al Ahzab Tafsir Al An'aam Tafsir Al Anbiya Tafsir Al Anfaal Tafsir Al Ankabut Tafsir Al Balad Tafsir Al Baqarah Tafsir Al Bayyinah Tafsir Al Buruj Tafsir Al Fajr Tafsir Al Falaq Tafsir Al Fath Tafsir Al Fatihah Tafsir Al Fiil Tafsir Al Furqan Tafsir Al Ghaasyiah Tafsir Al Haaqqah Tafsir Al Hadid Tafsir Al Hajj Tafsir Al Hasyr Tafsir Al Hijr Tafsir Al Hujuraat Tafsir Al Humazah Tafsir Al Ikhlas Tafsir Al Infithaar Tafsir Al Infithar Tafsir Al Insan Tafsir Al Insyiqaq Tafsir Al Insyirah Tafsir Al Isra Tafsir Al Jaatsiyah Tafsir Al Jinn Tafsir Al Jumu'ah Tafsir Al Kaafiruun Tafsir Al Kahfi Tafsir Al Kautsar Tafsir Al Lahab Tafsir Al Lail Tafsir Al Ma'aarij Tafsir Al Maa'uun Tafsir Al Maidah Tafsir Al Mu'min Tafsir Al Mu'minun Tafsir Al Muddatstsir Tafsir Al Mujadilah Tafsir Al Mulk Tafsir Al Mumtahanah Tafsir Al Munafiqun Tafsir Al Mursalat Tafsir Al Muthaffifin Tafsir Al Muzzammil Tafsir Al Qaari'ah Tafsir Al Qadar Tafsir Al Qalam Tafsir Al Qamar Tafsir Al Qashash Tafsir Al Qiyamah Tafsir Al Waqiah Tafsir Al Zalzalah Tafsir Ali Imran Tafsir An Naas Tafsir An Naazi'aat Tafsir An Naba' Tafsir An Nahl Tafsir An Najm Tafsir An Naml Tafsir An Nashr Tafsir An Nisa Tafsir An Nur Tafsir Ar Ra'd Tafsir Ar Rahman Tafsir Ar Ruum Tafsir As Sajdah Tafsir Ash Shaaffaat Tafsir Ash Shaff Tafsir Asy Syams Tafsir Asy Syu'araa Tafsir Asy Syuura Tafsir At Taghaabun Tafsir At Tahrim Tafsir At Takaatsur Tafsir At Takwir Tafsir At Taubah Tafsir At Tiin Tafsir Ath Thalaq Tafsir Ath Thuur Tafsir Az Zukhruf Tafsir Az Zumar Tafsir Fathir Tafsir Fushshilat Tafsir Hud Tafsir Ibrahim Tafsir Juz Amma Tafsir Luqman Tafsir Maryam Tafsir Muhammad Tafsir Nuh Tafsir Qaaf Tafsir Quraisy Tafsir Saba' Tafsir Shaad Tafsir Thaha Tafsir Yasin Tafsir Yunus Tafsir Yusuf
Blog Archive