-->

Tafsir Al An’aam Ayat 66-73

Tafsir Ayat Qur'an -

Ayat 66-68: Menjauhi majlis orang-orang yang mengolok-olokkan firman Allah dan mendustakan agama

وَكَذَّبَ بِهِ قَوْمُكَ وَهُوَ الْحَقُّ قُلْ لَسْتُ عَلَيْكُمْ بِوَكِيلٍ (٦٦)لِكُلِّ نَبَإٍ مُسْتَقَرٌّ وَسَوْفَ تَعْلَمُونَ (٦٧) وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آيَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ وَإِمَّا يُنْسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ فَلا تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَى مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ (٦٨

Terjemah Surat Al An’aam Ayat 66-68

66. Dan kaummu mendustakannya (azab)[1] padahal azab itu benar adanya. Katakanlah (Muhammad), "Aku ini bukanlah penanggung jawab kamu[2]."

67. [3] Setiap berita (yang dibawa oleh rasul) ada (waktu) terjadinya[4] dan kelak kamu akan mengetahui.

68. Apabila kamu (Muhammad) melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami[5], maka tinggalkanlah mereka[6] hingga mereka beralih ke pembicaraan lain. Dan jika setan benar-benar menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka setelah ingat kembali janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim[7].

Ayat 69-70: Orang-orang yang mendustakan dan mengolok-olokkan Al Qur’an serta balasan terhadap mereka

وَمَا عَلَى الَّذِينَ يَتَّقُونَ مِنْ حِسَابِهِمْ مِنْ شَيْءٍ وَلَكِنْ ذِكْرَى لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ (٦٩) وَذَرِ الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَعِبًا وَلَهْوًا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَذَكِّرْ بِهِ أَنْ تُبْسَلَ نَفْسٌ بِمَا كَسَبَتْ لَيْسَ لَهَا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيٌّ وَلا شَفِيعٌ وَإِنْ تَعْدِلْ كُلَّ عَدْلٍ لا يُؤْخَذْ مِنْهَا أُولَئِكَ الَّذِينَ أُبْسِلُوا بِمَا كَسَبُوا لَهُمْ شَرَابٌ مِنْ حَمِيمٍ وَعَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْفُرُونَ (٧٠

Terjemah Surat Al An’aam Ayat 69-70

69.[8] Orang-orang yang bertakwa tidak ada tanggung jawab sedikit pun atas (dosa-dosa) mereka[9]; tetapi (berkewajiban) mengingatkan agar mereka (juga) bertakwa[10].

70. Tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agamanya[11] sebagai permainan dan senda gurau[12], dan mereka telah tertipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Quran agar setiap orang tidak terjerumus ke dalam neraka, karena perbuatannya sendiri. Tidak ada baginya pelindung dan pembela (dari azab) selain Allah[13]. Dan jika dia hendak menebus dengan segala macam tebusan apa pun, niscaya tidak akan diterima[14]. Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka, disebabkan perbuatan mereka sendiri. Mereka mendapat minuman dari air yang mendidih[15] dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu.

Ayat 71-73: Menjelaskan orang yang bersandar kepada selain Allah dan mengikuti hawa nafsunya dengan orang yang menempuh jalan petunjuk dan kebenaran

قُلْ أَنَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لا يَنْفَعُنَا وَلا يَضُرُّنَا وَنُرَدُّ عَلَى أَعْقَابِنَا بَعْدَ إِذْ هَدَانَا اللَّهُ كَالَّذِي اسْتَهْوَتْهُ الشَّيَاطِينُ فِي الأرْضِ حَيْرَانَ لَهُ أَصْحَابٌ يَدْعُونَهُ إِلَى الْهُدَى ائْتِنَا قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَأُمِرْنَا لِنُسْلِمَ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ (٧١) وَأَنْ أَقِيمُوا الصَّلاةَ وَاتَّقُوهُ وَهُوَ الَّذِي إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ (٧٢) وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ بِالْحَقِّ وَيَوْمَ يَقُولُ كُنْ فَيَكُونُ قَوْلُهُ الْحَقُّ وَلَهُ الْمُلْكُ يَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ (٧٣

Terjemah Surat Al An’aam Ayat 71-73

71. Katakanlah (Muhammad)[16], "Apakah kita akan memohon kepada sesuatu selain Allah, yang tidak dapat memberi manfaat dan tidak (pula) mendatangkan mudharat kepada kita, dan (apakah) kita akan dikembalikan ke belakang[17], setelah Allah memberi petunjuk kepada kita[18], seperti orang yang telah disesatkan oleh setan di bumi dalam keadaan kebingungan." Kawan-kawannya mengajaknya ke jalan yang lurus (dengan mengatakan), "Ikutilah kami."[19] Katakanlah, "Sesungguhnya petunjuk Allah[20] itulah petunjuk (yang sebenarnya); dan kita diperintahkan agar berserah diri kepada Tuhan seluruh alam[21],

72. Dan agar melaksanakan salat[22] serta bertakwa kepada-Nya." Dan Dialah Tuhan yang kepada-Nya kamu semua akan dihimpunkan[23].

73. Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan hak (benar)[24], ketika Dia berkata, "Jadilah!" maka jadilah sesuatu itu[25]. Firman-Nya adalah benar, dan milik-Nyalah segala kekuasaan pada waktu sangkakala ditiup[26]. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Dialah yang Maha Bijaksana lagi Mahateliti.


[1] Sebagian mufassirin mengatakan bahwa yang didustakan itu adalah Al-Quran.

[2] Sehingga bukan aku yang membalas kamu, aku hanyalah pemberi peringatan dan urusan kamu aku serahkan kepada Allah. Ada yang mengatakan, bahwa ayat ini turun sebelum ada perintah untuk memerangi.

[3] Ayat ini sebagai ancaman bagi mereka yang mendustakan.

[4] Termasuk ke dalamnya kapan waktu mengazab mereka yang mendustakan.

[5] Memperolok ayat-ayat Allah maksudnya berbicara dengan pembicaraan yang menyelisihi kebenaran, seperti memperindah perkataan-perkataan yang batil, mengajak kepadanya, memuji orang-orangnya, berpaling dari kebenaran, mencelanya dan mencela orang-orang yang berada di atasnya.

[6] Dengan tidak duduk-duduk bersama mereka agar pembicaraan mereka beralih kepada yang lain. Dalam celaan terhadap pembicaraan yang batil terdapat anjuran mengkaji, memikirkan dan membicarakan tentrang kebenaran.

[7] Mencakup pula mereka yang berbicara dengan perkataan yang haram atau mereka yang mengerjakan perkara yang haram, yakni kita dilarang duduk dan hadir ketika mereka mengerjakan kemungkaran terebut sedangkan kita tidak sanggup merubahnya. Larangan ini ditujukan keada mereka yang ikut duduk-duduk namun tidak dapat menegakkan ketakwaan kepada Allah, seperti malah ikut-ikutan dengan perkataan dan perbuatan mereka yang haram, atau mendiamkan dan tidak mengingkari. Adapun jika orang yang duduk di sana mampu menegakkan ketakwaan, dengan mampu menyuruh mereka mengerjakan kebaikan, melarang mereka terhadap perbuatan buruk serta melarang perkataan yang timbul dari mereka sehingga keburukan itu hilang atau berkurang, maka orang yang seperti ini tidaklah berdosa. Oleh karena itu, pada ayat selanjutnya Allah menerangkan bahwa orang-orang yang bertakwa tidaklah bertanggung jawab terhadap dosa-dosa mereka, akan tetapi hendaknya mereka memberi peringatan dan nasehat agar orang-orang yang membicarakan kebatilan itu bertakwa kepada Allah. Dalam ayat ini terdapat dalil bahwa jika pemberian peringatan dan nasehat tidak menambah orang yang diberi nasehat selain keburukan, maka ia harus meninggalkannya, karena jika akibatnya malah berbenturan dengan tujuan yang diharapkan, maka meninggalkannya merupakan cara agar tercapai tujuan yang diharapkan.

[8] Dalam tafsir Al Baghawi dijelaskan, bahwa Ibnu Abas radhiyallahu 'anhuma berkata, "Ketika turun ayat ini "Wa idzaa ra'aitalladziina yakhuudhuuna…dst." Kaum muslimin berkata, "Bagaimanakah kami akan duduk di Masjidilharam dan bertawaf di Baitullah, sedangkan mereka tidak berhenti memperolok-olok? Dalam sebuah riwayat disebutkan, "Sesungguhnya kami takut terhadap dosa ketika kami meninggalkan mereka dan tidak melarang mereka." Maka Allah menurunkan ayat, "Wa maa 'alallladziina yattaquun" (tidak ada tanggung jawab sedikit pun dari orang-orang yang menjaga diri) dari sikap memperolok-olok terhadap mereka yang memperolok-olok. Wa laakin dzikraa, yakni tetapi berilah mereka peringatan dan nasehat dengan Al Qur'an

[9] Yakni jika orang-orang yang bertakwa menjauhi mereka dan tidak duduk bersama mereka, maka sesungguhnya yang demikian sudah membuat mereka (yang bertakwa) telah lepas tanggung jawab dan tidak memikul dosa mereka.

[10] Perintah berpaling dari mereka ketika itu adalah untuk mengingatkan mereka agar mereka bertakwa dan tidak mengulangi lagi.

[11] Yakni agama Islam yang mereka disuruh mematuhinya dengan sungguh-sungguh.

[12] Arti menjadikan agama sebagai main-main dan senda gurau adalah memperolokkan agama itu; mengerjakan perintah-perintah dan menjauhi larangan-Nya dengan dasar main-main dan tidak sungguh-sungguh atau kosong hatinya dari mencintai Allah dan mengenal-Nya serta menyibukkan diri dengan hal yang memudharratkannya, serta senang di atas kebatilan.

[13] Yakni sebelum dosa-dosanya meliputi dirinya, sehingga tidak ada yang dapat memberinya manfaat dengan syafaat selain Allah.

[14] Meskipun dengan emas sepenuh bumi.

[15] Yang memutuskan usus-usus mereka.

[16] Kepada orang-orang musyrik.

[17] Maksudnya berbuat syirik.

[18] Apakah kami akan menempuh jalan yang mengarah kepada neraka setelah Allah menunjukkan kepada kami jalan ke arah surga. Hal ini tentu tidak diinginkan oleh siapa pun yang memiliki akal.

[19] Namun dia tidak mau mendengarnya.

Pada diri manusia terdapat pendorong kepada kebaikan dan pendorong kepada keburukan. Pendorong kepada kebaikan adalah syari'at, akal yang sehat dan fitrah yang selamat, sedangkan pendorong kepada keburukan adalah setan dan para pengikutnya serta hawa nafsu. Di antara manusia ada yang pendorong kepada kebaikan lebih besar, dan ada yang sebaliknya, bahkan ada pula yang sama keadaan kedua pendorong itu. Dari sinilah diketahui orang yang bahagia dan orang yang celaka. Orang yang celaka, pendorong kepada keburukan lebih besar, sedangkan orang yang bahagia pendorong kepada kebaikan lebih besar.

[20] Yakni Islam, sedangkan selainnya adalah kesesatan.

[21] Yakni dengan mentauhidkan-Nya, mengerjakan perintah dan menjauhi larangan-Nya serta masuk ke dalam rombongan mereka yang mengabdi kepada-Nya, inilah nikmat yang paling besar dan paling utama.

[22] Dengan mengerjakan rukun, syarat, sunah dan penyempurnanya.

[23] Lalu Dia akan memberikan balasan terhadap amalmu; yang baik maupun yang buruk.

[24] Agar Dia memerintah hamba dan melarangnya di bumi, serta memberikan pahala atau hukuman.

[25] Yaitu pada hari kiamat, ketika Dia berfirman, "Bangkitkah!" maka semuanya bangkit.

[26] Ketika itu terlihat jelas kerajaan-Nya dan kekuasaan-Nya.

Related Posts: Tafsir Al An’aam Ayat 66-73

Label Clouds
Faidah Surat Al Qur'an Juz 1 Juz 10 Juz 11 Juz 12 Juz 13 Juz 14 Juz 15 Juz 16 Juz 17 Juz 18 Juz 19 Juz 2 Juz 20 Juz 21 Juz 22 Juz 23 Juz 24 Juz 25 Juz 26 Juz 27 Juz 28 Juz 29 Juz 3 Juz 30 Juz 4 Juz 5 Juz 6 Juz 7 Juz 8 Juz 9 Keutamaan Surat Al Qur'an Tafsir 'Abasa Tafsir Ad Dukhaan Tafsir Adh Dhuha Tafsir Adz Dzaariyat Tafsir Al 'Aadiyaat Tafsir Al 'Alaq Tafsir Al 'Ashr Tafsir Al A'laa Tafsir Al A'raaf Tafsir Al Ahqaf Tafsir Al Ahzab Tafsir Al An'aam Tafsir Al Anbiya Tafsir Al Anfaal Tafsir Al Ankabut Tafsir Al Balad Tafsir Al Baqarah Tafsir Al Bayyinah Tafsir Al Buruj Tafsir Al Fajr Tafsir Al Falaq Tafsir Al Fath Tafsir Al Fatihah Tafsir Al Fiil Tafsir Al Furqan Tafsir Al Ghaasyiah Tafsir Al Haaqqah Tafsir Al Hadid Tafsir Al Hajj Tafsir Al Hasyr Tafsir Al Hijr Tafsir Al Hujuraat Tafsir Al Humazah Tafsir Al Ikhlas Tafsir Al Infithaar Tafsir Al Infithar Tafsir Al Insan Tafsir Al Insyiqaq Tafsir Al Insyirah Tafsir Al Isra Tafsir Al Jaatsiyah Tafsir Al Jinn Tafsir Al Jumu'ah Tafsir Al Kaafiruun Tafsir Al Kahfi Tafsir Al Kautsar Tafsir Al Lahab Tafsir Al Lail Tafsir Al Ma'aarij Tafsir Al Maa'uun Tafsir Al Maidah Tafsir Al Mu'min Tafsir Al Mu'minun Tafsir Al Muddatstsir Tafsir Al Mujadilah Tafsir Al Mulk Tafsir Al Mumtahanah Tafsir Al Munafiqun Tafsir Al Mursalat Tafsir Al Muthaffifin Tafsir Al Muzzammil Tafsir Al Qaari'ah Tafsir Al Qadar Tafsir Al Qalam Tafsir Al Qamar Tafsir Al Qashash Tafsir Al Qiyamah Tafsir Al Waqiah Tafsir Al Zalzalah Tafsir Ali Imran Tafsir An Naas Tafsir An Naazi'aat Tafsir An Naba' Tafsir An Nahl Tafsir An Najm Tafsir An Naml Tafsir An Nashr Tafsir An Nisa Tafsir An Nur Tafsir Ar Ra'd Tafsir Ar Rahman Tafsir Ar Ruum Tafsir As Sajdah Tafsir Ash Shaaffaat Tafsir Ash Shaff Tafsir Asy Syams Tafsir Asy Syu'araa Tafsir Asy Syuura Tafsir At Taghaabun Tafsir At Tahrim Tafsir At Takaatsur Tafsir At Takwir Tafsir At Taubah Tafsir At Tiin Tafsir Ath Thalaq Tafsir Ath Thuur Tafsir Az Zukhruf Tafsir Az Zumar Tafsir Fathir Tafsir Fushshilat Tafsir Hud Tafsir Ibrahim Tafsir Juz Amma Tafsir Luqman Tafsir Maryam Tafsir Muhammad Tafsir Nuh Tafsir Qaaf Tafsir Quraisy Tafsir Saba' Tafsir Shaad Tafsir Thaha Tafsir Yasin Tafsir Yunus Tafsir Yusuf